Quito (ANTARA) - Polisi Ekuador pada Selasa menahan Leonidas Iza, pemimpin organisasi penduduk asli terbesar di negara itu, setelah ia memimpin blokade di beberapa jalan raya dan dugaan kekerasan lainnya sebagai protes terhadap kebijakan ekonomi pemerintah.

Pengacara Iza menjelaskan bahwa penahanan itu ilegal dan mengatakan tidak jelas kejahatan apa yang dituduhkan kepada kliennya.

Kelompok-kelompok pribumi mulai Senin melancarkan apa yang mereka sebut sebagai protes berkelanjutan untuk menuntut Presiden Guillermo Lasso menurunkan harga bensin, mendeklarasikan moratorium utang bank para petani kecil dan membatasi ekspansi minyak dan pertambangan di negara itu.

Pada Senin malam, pengunjuk rasa membakar mobil patroli dan menyerang petugas polisi, mematikan pompa tekanan di ladang minyak dan merusak infrastruktur di beberapa perkebunan bunga, kata pemerintah.

Penangkapan Iza pada Selasa memicu protes lebih lanjut, sementara kekerasan meningkat di beberapa bagian negara itu.

"Dia ditangkap dan ditahan dengan cara kekerasan, tanpa komunikasi selama lima jam, kami tidak tahu di mana dia berada dan kami masih belum tahu kejahatan apa yang dituduhkan padanya," kata pengacara Iza, Lenin Sarzosa, kepada wartawan di Quito.

Organisasi Iza, CONAIE, mengunggah video penahanannya, menyebutnya sebagai "kekerasan, ilegal, dan sewenang-wenang."

Baca juga: Mantan Wapres Ekuador dijebloskan kembali ke penjara

Empat orang yang diduga ikut melakukan kejahatan dan satu orang yang merupakan aktor intelektual sedang menunggu sidang, tulis Menteri Dalam Negeri Patricio Carrillo di Twitter.

"Protes adalah hak yang kita bela sebagai pemerintah, tetapi bukan kekacauan, apalagi kekerasan," kata sang menteri, menambahkan.

Ratusan masyarakat adat tiba di Latacunga, selatan ibu kota Quito, untuk mendukung Iza pada Selasa sore. Unjuk rasa lainnya dilaporkan di kota-kota kecil yang dihuni penduduk asli setempat.

Polisi Ekuador mengatakan petugas telah diserang dan beberapa dari mereka ditahan oleh pengunjuk rasa di Latacunga.

Komunitas dan kelompok mahasiswa juga memprotes reformasi ekonomi Lasso di Quito pada sore hari, yang berujung pada serangan terhadap mobil polisi, kata saksi mata kepada Reuters.

"Apa pun yang terjadi, apa pun risikonya, bahkan jika kami harus membusuk di penjara, kami akan terus berjuang," kata Marlon Vargas, kepala kelompok adat Amazon CONFENIAE.

Lasso mengatakan dia tidak akan membiarkan protes mempengaruhi pemulihan ekonomi dan akan menghukum vandalisme apa pun selama protes.

Perusahaan minyak Ekuador PetroOriental mengatakan kehilangan produksi sekitar 1.400 barel per hari dan telah menutup delapan sumur di provinsi Orellana setelah sekelompok kecil warga Yawepare menduduki kilang, memblokir jalan dan merusak ban kendaraan militer dengan tombak.

Sumber: Reuters

Baca juga: 41 napi tewas,13 luka-luka dalam kerusuhan di penjara Ekuador
Baca juga: Kejahatan meningkat, Ekuador nyatakan status darurat di tiga provinsi

Penerjemah: Atman Ahdiat
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2022