Jakarta (ANTARA) - Ahli Gizi Kesehatan Masyarakat dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI) Prof. Dr. drg. Sandra Fikawati, MPH menekankan bahwa protein hewani memiliki asam amino esensial (AAE) yang lebih lengkap dan dapat mengoptimalkan tumbuh kembang seorang anak.
“Tubuh manusia membutuhkan sebanyak 20 jenis asam amino. Sembilan di antaranya adalah asam amino esensial yang harus didapatkan dari makanan. Makanan yang mengandung AAE lebih lengkap dan lebih banyak adalah protein hewani,” kata Sandra dalam Konferensi Pers yang diikuti di Jakarta, Selasa.
Baca juga: Ahli: Asupan protein hewani pada anak usia 7-35 bulan sangat rendah
Sandra menuturkan, protein merupakan senyawa kimia yang termasuk ke dalam zat makro dan terdiri atas asam-asam amino yang berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur bagi tubuh.
Protein sendiri terbagi ke dalam dua jenis yakni protein hewani yang berasal dari hewan seperti daging, susu, ikan dan telur. Kemudian ada protein nabati yang berasal dari tumbuhan seperti tempe, tahu dan kacang-kacangan.
Baca juga: Manfaat asam amino esensial pada susu di setiap fase kehidupan
Perbedaan lainnya adalah protein hewani memiliki asam amino esensial yang lebih lengkap dan banyak dibandingkan protein nabati. Protein hewani juga memiliki kandungan vitamin, mineral yang beragam dan kaya serta kualitasnya yang lebih baik.
Sandra menekankan, pemberian protein hewani pada anak menjadi suatu hal serius dan penting untuk diperhatikan pada anak. Sebab, anak yang kekurangan protein hewani dapat terkena kekerdilan atau yang dikenal dengan stunting akibat kekurangan asupan gizi yang seimbang.
Baca juga: Pentingnya asam amino esensial untuk tumbuh kembang anak
Pertumbuhan dan perkembangan anak yang terkena stunting dapat menjadi terhambat baik secara pertumbuhan fisik untuk tumbuh dengan tinggi ataupun terkena gangguan kognitif yang menurunkan daya intelektualnya.
Kekurangan protein hewani juga membuat tubuh anak mengalami dampak keberlanjutan lainnya seperti gangguan pada fungsi hormonal, gangguan regenerasi sel, terganggunya sistem kekebalan tubuh dan massa otot.
Baca juga: Benarkah stunting bisa diturunkan ke anak?
Sadar akan bahaya dari kurangnya asupan protein pada anak, Sandra menyarankan setiap orang tua untuk mengikuti anjuran terbaru dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2021 terkait memberikan daftar keberagaman pangan yang wajib diberikan pada anak.
Di antaranya adalah ASI eksklusif, produk susu seperti susu, keju dan yoghurt, daging baik dari sapi, ikan, ayam ataupun jeroan, telur, kacang-kacangan seperti kacang hijau atau kedelai, tahu, tempe, padi-padian, umbi-umbian, pisang, buah dan sayuran yang kaya akan vitamin A.
Baca juga: Japfa komit dukung pemerintah turunkan angka stunting di Indonesia
Dalam acara tersebut, dirinya turut mengapresiasi pemerintah melalui Kementerian Kesehatan yang saat ini sudah berfokus pada kebijakan yang menekankan pentingnya protein hewani terutama telur bagi anak dalam mengentaskan masalah stunting.
“Rasionalnya adalah pemberian ASI dan daging pada anak yaitu enam sampai 23 bulan harus diberikan setiap hari yang harus sesering mungkin. Ini jadi catatan, bukan hanya sekali-sekali, dari jenis-jenis itu memang harus dimakan setiap hari dan sesering mungkin,” ujar dia.
Baca juga: LKBN ANTARA dorong media dukung pemerintah turunkan angka stunting
Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Tunggul Susilo
Copyright © ANTARA 2022