Banjarmasin (ANTARA News) - Jelantah altenatif bahan bakar minyak (BBM) yang murah, ungkap Sjazli Arsyad Abdis, anggota Komisi III bidang pembangunan Provinsi DPRD Kalimantan Selatan (Kalsel) dari Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN). "Jelantah jauh lebih murah dari BBM jenis premium dan solar. Kalau harga premium dan solar sekarang Rp4.500 per liter, untuk jalantah hanya sekitar Rp3.000 per liter," ujar Sj.A. Abdis, anggota Komisi III DPRD Kalsel yang juga membidangi pertambangan dan energi, serta perhubungan tersebut, di Banjarmasin, Kamis. Oleh karenanya, dia mengaku, tak ambil pusing terhadap kebijakan pemerintah yang berencana melarang mobil pribadi menggunakan premium dan solar bersubsidi, sebab dirinya sudah tidak lagi memakai kedua jenis BBM tersebut. "Untuk keperluan bahan bakar mobil saya kini menggunakan jalantah, karena harganya jauh lebih murah dari harga premium dan solar saat ini," tandas wakil rakyat dari Fraksi PAN itu menjawab ANTARA News Banjarmasin. Ia menerangkan, untuk menggunakan jelantah sebagai bahan bakar mobil tidak perlu mengubah konstruksi mesin kendaraan bermotor roda empat tersebut, tapi cukup menambah satu alat untuk pemanas. "Karena sifat jelantah itu dingin dan agak kental dari premium maupun solar, sehingga memerlukan alat pemanas agar jalantah tersebut panas dan sedikit mencair," tutur mantan aktivis eksponen Angkatan 66 dari Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI) tersebut. Namun, lanjut mantan Pemimpin Umum Mingguan Generasi Muda Banjarmasin itu, untuk mendapatkan jelantah dengan jumlah banyak kemungkinan akan mendapatkan kesulitan atau dengan kata lain ketersediaan jalantah kemungkinan masih belum seimbang perkembangan jumlah kendaraan bermotor. Jelantah berasal dari minyak goreng yang sudah digunakan atau oleh masyarakat Banjar, Kalsel disebut "minyak kulanjar" (minyak goreng bekas), yang dibersihkan dari dari berbagai kerak, sehingga kelihatannya seperti bening kembali. Pemanfaatan minyak kulanjar menjadi bahan bakar kendaraan bermotor juga salah satu upaya menghindari kehidupan masyarakat dari gangguan penyakit akibat mengonsumsi minyang goreng bekas itu, apalagi digunakan beberapa kali untuk menggoreng. "Sebab menurut ilmu kedokteran/kesehatan, seseorang yang mengonsumsi minyak kulanjar tersebut dapat menimbulkan penyakit kanker, yang baru bisa diketahui beberapa waktu kemudian, karena prosesnya cukup lama," demikian Sj.A. Abdis. ***2***

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009