Jakarta (ANTARA) - Dokter Spesialis Gizi dr. Shiela Stefani M.Gizi, Sp.GK, AIFOK, FINEM, mengatakan proses penurunan berat badan bisa terganggu ketika seseorang mengalami stres.
"Hormon stres mengganggu metabolisme tubuh," kata Shiela dalam konferensi pers daring peluncuran HaloDiet, Selasa.
Kadar stres yang tinggi menghambat penurunan berat badan, itulah mengapa orang yang punya banyak pikiran menjadi sulit menurunkan berat badan karena proses pembakaran kalorinya terganggu. Untuk mengatasi rasa stres sekaligus membakar kalori, Shiela menyarankan olahraga sebagai solusi efektif.
"Itu win win solution, olahraga membakar kalori dan juga bisa menurunkan stres," katanya.
Menurut dia, meski tren diet meningkat masyarakat masih belum memahami diet yang baik dan benar untuk tubuh sehingga banyak masyarakat melakukan diet yang salah. Melakukan diet bukan berarti tidak boleh makan sama sekali, melainkan mengatur pola makan dengan baik dan menjaga kandungan nutrisinya.
"Misalnya memilih makanan sumber karbohidrat kompleks, sumber protein yang rendah lemak, menghindari lemak jenuh, serta mengonsumsi sayuran dan buah-buahan untuk melengkapi nutrisi tubuh, atau melakukan olahraga teratur supaya membakar banyak kalori dan mencegah metabolisme melambat, yang merupakan efek samping umum dari penurunan berat badan."
Selain itu, macam-macam jenis diet sangat banyak ditemukan, namun tidak semua jenis diet cocok untuk tubuh tiap individu. Ia mengajak masyarakat bahwa berkonsultasi dengan dokter juga menjadi hal penting sebelum memulai diet karena dokter akan membantu kita untuk mengenali kondisi dan kebutuhan tubuh sehingga diet menjadi hal yang menyehatkan, bukan menambah risiko penyakit.
"Dokter juga akan memberikan memberikan rekomendasi seperti jenis suplemen yang bisa dikonsumsi untuk mendukung diet, hingga aktivitas dan gaya hidup sehat yang perlu dilakukan untuk menyesuaikan proporsi tubuh," katanya.
Menurut Shiela, diet yang aman adalah mengubah pola hidup menjadi lebih sehat secara bertahap. Dia menyarankan untuk membuat jadwal makan yang teratur dan secara perlahan mengubah kebiasaan makan menjadi lebih sehat dari waktu ke waktu. Bila terbiasa makan sesuatu yang digoreng, ia menyarankan untuk menguranginya secara perlahan hingga betul-betul terbiasa dan konsisten menjalaninya setiap hari.
"Bukan jadi tidak makan, tapi ubah ke jenis makanan lebih sehat. Jadwal harus teratur, kalau tidak teratur seperti skip sarapan, yang terjadi saat siang makan jadi kalap dan berlebihan," katanya.
Dia juga menyarankan untuk tidak mengecek berat badan di timbangan setiap hari saat sedang menurunkan berat badan agar tidak merasa stres. Cukup tentukan target berat yang diinginkan dan cek berat badan sepekan sekali pada pagi atau sore hari.
"Berat malam atau pagi pasti beda, pagi adalah berat paling ringan karena cairan relatif lebih sedikit."
Platform Halodoc meluncurkan “HaloDiet” untuk masyarakat yang ingin menerapkan diet sehat dengan fitur Chat Nutritionist, paket suplemen pendukung diet sehat, hingga voucher makanan sehat.
VP Government Relations & Corporate Affairs Halodoc Adeline Hindarto, mengatakan, tren positif masyarakat untuk menjalani hidup sehat dan mengontrol berat badan harus diimbangi dengan akses layanan kesehatan yang tepercaya, agar masyarakat dapat menerapkan diet sehat secara tepat sesuai dengan kondisi tubuh.
"Akses terhadap layanan kesehatan inilah yang dijawab Halodoc melalui layanan HaloDiet, yang diharapkan dapat menjadi solusi diet sehat yang terintegrasi, tepercaya, dan lengkap dalam satu genggaman. Inovasi ini juga menjadi wujud dari komitmen Halodoc untuk memperkuat ekosistem layanan kesehatan yang dapat diandalkan masyarakat kapanpun dan dimanapun, termasuk untuk mendukung gaya hidup sehat."
Baca juga: Studi: Diet sehat bantu lawan depresi pada pria muda
Baca juga: Drew Barrymore bagikan kiat untuk memulai diet nabati
Baca juga: Tips kembalikan pola makan sehat usai Lebaran
Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2022