Muara Enim, Palembang (ANTARA News) - China dan India merupakan negara-negara pembeli utama batubara dunia. Karena posisi tawarnya yang kuat, mereka berdua bisa menentukan kenaikan atau penurunan harga batu bara, termasuk batu bara dari Indonesia produksi PT Bukit Asam.
"Pembeli utama yang bisa menaikan dan menurunkan harga adalah China dan India. Dan Indonesia itu adalah pengekspor terbesar batubara uap di dunia" kata Direktur utama PT Bukit Asam Tbk, Milawarma, di Muara Enim, Palembang.
Milawarma mengungkapkan, China biasanya membeli batubara untuk keperluan PLTU mereka. Jika Imlek tiba, mereka bisa libur hingga dua pekan dan semua industri akan tutup.
"Biasanya mereka borong batubara dan menimbun stok, sehingga pada bulan-bulan itu harga batubara cenderung turun di pasar internasional. China sebagai pengekspor terbesar menghentikan impornya sementara, begitu juga dengan di India, jadi pasar batubara masing-masing puna karakter pasar sendiri," katanya.
PT Bukit Asam Tbk merupakan perusahaan tambang batubara yang menjual produknya untuk kebutuhan dalam negeri sebesar 65 persen dan 35 persennya untuk di ekspor. Harga jual rata-rata untuk pasar domestik di sembilan bulan pada 2011 mencapai Rp763.000 per ton, naik 24 persen dari sebelumnya Rp613.214.
Sementara untuk harga jual ekspornya pada periode sama mencapai 100.19 dolar AS per ton atau meningkat 53 persen dari 65.44 dolar AS per ton.
"Saham pemerintah saat ini 65 persen dan publik 35 persen. Pada saat go public dulu harga saham hanya Rp. 575 per lembar dan kini sudah mencapai Rp19.960 per lembar dan harga tertinggi saham PTBA pernah mencapai Rp24.000 per lembar." ujarnya.
PT BA juga menganggarkan belanja modal pada 2012 sebanyak Rp 1,4 triliun. Dana ini dikatakan akan diambil dari dana internal perusahaan.
"Belanja modal PT BA tidak digunakan di luar aktifitas perusahaan, di antaranya tidak untuk akusisi. Kalau memang ada yang diakuisisi kami cari dana lagi," pungkasnya
Untuk pengembangan dan distribusi batubara di Sumatera, PT BA sedang mengembangkan BATR (Bukit Asam Trans Pacific Railways) senilai 1.5 miliar dolar Amerika Serikat, berupa jalur kereta api dan pelabuhan. (yudha)
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2012