Jakarta (ANTARA) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menekankan bahwa sangat penting bagi keluarga untuk merencanakan kelahiran setiap anak guna mencegah terjadinya dampak negatif dari ledakan penduduk non-produktif.
“Ketika kita menghadapi ledakan orang tua, ledakan bayinya yang harus ditahan. Ledakan orang tua itu tidak bisa dicegah, makanya kami sangat memikirkan kalau ledakan orang tua ini harus disikapi dengan baik,” kata Kepala BKKBN Hasto Wardoyo saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Senin.
Hasto menuturkan beberapa wilayah di Indonesia saat ini bertransisi menuju fase penuaan penduduk. Berdasarkan data yang dia miliki, penuaan penduduk terjadi di beberapa wilayah yakni DKI Jakarta, DI Yogyakarta, Bali, diikuti Jawa Timur dan Sulawesi utara.
Baca juga: BKKBN tekankan tiga kunci utama RI bisa petik bonus demografi
Ledakan populasi penduduk lansia yang tidak dapat dihentikan itu, kata dia, kemudian memicu terjadinya ancaman serius bagi negara dalam mencapai bonus demografi kedua. Sebab, negara akan memiliki semakin banyak tanggungan dibandingkan dengan jumlah penduduk yang berpenghasilan dan memutar roda perekonomian.
“Orang tua yang sudah hidup dalam sekarang ini sampai 2035 nanti adalah orang tua yang tidak produktif. Sehingga kebanjiran orang tua, tidak akan menuai bonus demografi periode kedua. Jadi periode bonus demografinya hanya yang di depan ini,” ucap Hasto.
Menurut Hasto, penuaan penduduk harus dikritisi oleh semua pihak karena lansia di Indonesia memiliki kondisi yang berbeda dengan lansia yang hidup di negara maju. Sejak usia muda, lansia di negara maju sudah memiliki pendidikan yang tinggi, berpenghasilan dan mampu menabung di masa tua.
Baca juga: BKKBN: Jumlah anak pengaruhi pembentukan keluarga berkualitas
Hal tersebut menyebabkan mereka mampu berdiri sendiri, melakukan berbagai kegiatan investasi dan mendanai anak-anak mereka. Namun sebagian besar lansia di Indonesia, justru tidak berpenghasilan dan kerap meminta bantuan dari anak dan cucunya.
Menyadari urgensi masalah kependudukan itu, Hasto meminta setiap keluarga agar dapat merencanakan kelahiran setiap anak dengan sebaik mungkin supaya Indeks Pembangunan Manusia (IMP) dapat meningkat, utamanya dalam aspek harapan hidup jadi lebih tinggi, pendapatan dan pendidikan naik.
Merencanakan kelahiran melalui program Keluarga Berencana (KB) juga mencegah terjadinya semakin banyaknya penduduk yang tidak produktif, kehamilan tidak terencana dan lahirnya balita-balita sehat bebas dari kekerdilan (stunting) yang mengancam kualitas sumber daya manusia bangsa.
Baca juga: BKKBN: Perekonomian RI turun saat laju penduduk alami peningkatan
“Pesan saya pada keluarga, jangan ada kehamilan yang tidak direncanakan karena itu akan menjadi bencana tersendiri. Banyak orang tua tidak mencintai anaknya dengan sungguh-sungguh karena diawali dari kehamilan yang tidak bergejala, kehamilan tidak diinginkan sehingga terjadi kekerasan pada anak dan keluarga. Harapan saya, kita bisa memperhatikan kedisharmonisan keluarga dengan lebih serius,” kata Hasto.
Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2022