Daka (ANTARA News/AFP) - Tentara Bangladesh pada Kamis menyatakan menggagalkan usaha komplotan beberapa perwira "fanatik agama" menggulingkan pemerintah terpilih Perdana Menteri Sheikh Hasina pada bulan lalu.
"Kami membongkar persekongkolan keji untuk menggulingkan pemerintah melalui tentara," kata juru bicara tentara Brigadir Jenderal Masud Razzaq dalam pernyataan tertulis.
Usaha itu digagalkan dengan sepenuh hati upaya prajurit, kata pernyataan itu, dengan menambahkan bahwa komplotan tersebut diotaki orang Bangladesh di luar negeri, yang berhubungan dengan "perwira fanatik beragama".
Pemerintah Hasina, yang berkuasa pada awal 2009, membuat perubahan pada Juni tahun lalu untuk memperkuat sikap sekuler undang-undang dasar Bangladesh, meskipun Islam dipertahankan sebagai agama negara.
Langkah itu memicu serangkaian unjukrasa marah pegiat Islami.
Razzaq menyatakan dua pensiunan perwira, termasuk seorang kolonel, ditangkap sehubungan dengan persekongkolan itu dan ia menyebut perwira aktif Mayor Syed Ziaul Haq sebagai "perencana pendamping".
"Dalam upaya menerapkan persekongkolan musuh negaranya, Ziaul Mayor, sekarang pelarian, mengirim E-mail kepada berbagai perwira aktif untuk melaksanakan rencana gerakannya pada 9 dan 10 Januari 2012," katanya.
Juru bicara itu menyebut kelompok terlarang Hizbut Tahrir mengedarkan pesan Ziaul itu.
Desas-desus muncul di dunia maya pada akhir bulan lalu tentang kudeta gagal tersebut setelah pemimpin lawan utama negara itu, Khaleda Zia, menuduh pemerintah melakukan "penghilangan" dalam tubuh tentara.
Tentara membalas, dengan menyebut tuduhan itu "menghasut dan menyesatkan".
Bangladesh memiliki sejarah panjang kudeta dan kontra-kudeta tentara sejak mendapat kemerdekaan pada 1971.
Presiden pertama negara itu dibunuh saat digulingkan tentara apada 1975 dan Bangladesh diperintah tentara zalim lagi sejak 1982 hingga 1990.
Demokrasi pulih pada 1991, tapi pertempuran jalanan antara Zia dengan pendukung Hasina memaksa tentara masuk lagi pada Januari 2007.
Pemerintah Hasina, yang partainya menang pemilihan umum pada 2009, dihantam pemberontakan tentara pada akhir tahun itu ketika 57 perwira dibunuh pemberontak penjaga perbatasan.
Juru bicara itu menyatakan tentara telah membentuk pengadilan penyelidikan pada 28 Desember bagi tersangka perencana kudeta itu.
(Uu.B002/M016)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2012