Makanan tradisi kita memakai ikan terutama ikan tuhuk
Pesisir Barat (ANTARA) - Sektor Pariwisata tak hanya melekat pada keindahan destinasi wisata, namun ada daya tarik kuat yang dihasilkan dari integrasi sejumlah hal seperti tradisi, kearifan lokal, ekonomi kreatif yang dibalut menjadi satu kesatuan menjadi suatu kegiatan.
Integrasi itu secara nyata telah tersaji pada pelaksanaan kejuaraan selancar internasional Krui Pro 2022 yang diselenggarakan di Kabupaten Pesisir Barat, Lampung pada 11-17 Juni.
Kejuaraan selancar internasional yang bertempat di Pantai Tanjung Setia itu tak hanya menyuguhkan tontonan adu tangkas para peselancar menaklukkan gulungan ombak biru yang ada di perairan arus besar Samudera Hindia, untuk saling memperebutkan penghargaan dan pengakuan sebagai sang penakluk ombak di daerah yang memiliki spot selancar terbaik.
Tapi juga menjadi salah satu ajang memperkenalkan kearifan lokal, tradisi yang telah lama melekat dan tumbuh di kehidupan keseharian masyarakat Pesisir Barat.
Kali ini potret terjaganya tradisi warisan nenek moyang masyarakat adat Sai Batin itu terlihat dari salah satu kearifan lokal yang di miliki yaitu “Nyucun Pahakh” yang masih terus dilaksanakan di daerah yang resmi berdiri pada 2012 silam setelah mengalami pemekaran dari Kabupaten Lampung Barat.
"Masyarakat Lampung itu sangat menghargai makanan, ini terlihat dari tradisi menjunjung makanan di kepala dan menutup makanan dengan kain atau yang dikenal tradisi Nyucun Pahakh," ujar Ketua Harian Dewan Kesenian Kabupaten Pesisir Barat, Eli Darmawati dengan bersemangat.
“Nyucun Pahakh” secara peristilahan Bahasa Lampung terdiri dari dua kosakata kata yaitu kata Nyucun dan Pahakh.
Dimana Nyucun berarti meletakkan barang di atas kepala, sedangkan Pahakh adalah benda yang terbuat dari kuningan dan sejenisnya berbentuk bulat serta memiliki leher dengan diameter seukuran kepala, yang berfungsi sebagai penyangga kepala saat menjunjung barang di atas kepala perempuan atau yang dikenal oleh masyarakat lokal Lampung dengan “bebai”.
Sehingga secara harafiah Nyucun Pahakh dapat dikatakan sebagai salah satu kebiasaan masyarakat pesisir untuk menghargai alam ciptaan Yang Maha Kuasa, dengan menghargai setiap makanan yang diolah dari beragam hasil alam dan menjalin kebersamaan antar sesama manusia.
Tradisi Nyucun Pahakh ini juga telah resmi tercatat di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia pada 2017 dan terdaftar pula pada 2018 sebagai salah satu Warisan Budaya Tak benda Indonesia.
Potret tradisi penghargaan atas alam semesta melalui menjunjung dan menata makanan oleh masyarakat Lampung pesisir itu, tetap terjaga lestari dan berkesinambungan pada berbagai kesempatan yaitu saat berlangsungnya acara adat ngejelang kubor (ziarah kubur), ngejalang balak, ngejalang masjid, dan nayuh.
Baca juga: Krui Pro Lampung hadirkan promosi kearifan lokal Pesisir Barat
Baca juga: Menelisik budaya Lampung dari manuskrip kuno
Bukan tanpa isi setiap wadah yang dijunjung oleh para wanita itu berisi beragam makanan tradisional masyarakat pesisir suku Sai Batin di Pesisir Barat.
Seperti sayur kuno sarrak pulang tiyung (rendang terong putih), gulai tua adat retak renai suak belulang (sayur santan kacang merah yang di campur kikil), sambol halom (ayam dimasak manis menggunakan lada dan kecap), sambol gedang (pepaya parut goreng yang dicampur kelapa), gulai taboh ikan tuhuk, gulai halom (gulai daging), dan gulai buah kelor.
Selanjutnya, nasi putih, buah-buahan, hingga kue tradisional seperti kue tat, dan cucur tersusun berputar meramaikan sajian di atas pahakh, yang ditutup dengan tudung warna merah menyala dengan sulaman benang emas Tapis dengan motif khas Pesisir Barat yang disebut tuala.
Satu porsi makanan dalam pahakh dapat dinikmati dua orang dengan aturan duduk antar orang harus berhadapan.
Dalam tradisi makan bersama itu selain beragam jenis kuliner kuno peninggalan nenek moyang yang tersaji. Ada sejumlah peralatan pelengkap lain salah satunya kasur alas duduk yang dihiasi Tapis di bagian depan kasur yang disebut kasur kepundak.
Kasur itu menjadi lambang penghormatan kepada tamu yang berkunjung dan siap menyantap makanan yang di bawa oleh para wanita pada tradisi Nyucun Pahakh.
"Ini namanya kasur kepundak untuk alas duduk, ini lambang penghormatan kepada tamu. Sebab orang Lampung sangat menghormati tamu, dan memang kebanyakan makanan tradisi kita memakai ikan terutama ikan tuhuk, dan santan," kata Eli Darmawati sembari menepuk kasur berlapis Tapis yang ia pakai sebagai alas duduk.
Wanita yang gemar menulis ragam tradisi Pesisir Barat itu mengatakan upaya pelestarian tradisi Nyucun Pahakh itu terus dilakukan salah salah satunya dengan menghadirkan tradisi tersebut pada setiap kesempatan di luar acara adat, seperti di kegiatan pariwisata ataupun ajang internasional salah satunya Krui Pro.
"Tradisi ini kalau bukan kita yang menjaga dan memperkenalkan maka bisa hilang. Jadi pada setiap kesempatan akan diusahakan terus menghadirkan tradisi-tradisi asli Pesisir Barat," ucapnya.
Ia melanjutkan selain itu ada pula upaya pelestarian melalui pembentukan dan pementasan tarian kreasi yang berakar dari tari Sembah dengan nama yang serupa dengan tradisi tersebut yaitu tari Nyucun Pahakh, tarian itu menjadi tari penyambutan tamu yang nantinya penari akan mengantarkan pahakh berupa sekapur sirih.
Baca juga: Pelaku UMKM Pesisir Barat: Krui Pro jadi ajang pasarkan produk lokal
Baca juga: Sandiaga ingin padukan wisata kopi dan pantai di Lampung
Sukacita masyarakat Pesisir Barat untuk memperkenalkan budaya dan tradisinya kepada wisatawan domestik dan juga wisatawan mancanegara dikatakan oleh salah seorang warga Jihan
"Sudah masak dengan tetangga-tetangga sejak subuh bahkan cari buah kelor yang sedang tidak musim untuk hidangan pahakh, belum lagi kita junjung di kepala sewaktu jalan ke sini agak berat. Tapi senang rasa lelah hilang waktu lihat bule-bule dan tamu peselancar duduk makan menikmati sekali seperti orang sini," kata Jihan.
Menurut wanita berkulit putih bersih kelahiran Krui itu adanya tradisi Nyucun Pahakh di setiap ajang dapat membantu menjaga kelestarian tradisi bagi generasi penerus serta jadi ajang promosi kepada wisatawan.
Potret kehadiran tradisi lokal di ajang kejuaraan Krui Pro 2022 menjadi upaya masyarakat dan pemerintah setempat bersinergi menjaga dan mempromosikan tradisi lokal untuk mengembangkan sektor pariwisata daerah.
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022