Singapura (ANTARA News) - Harga minyak kembali turun di perdagangan Asia, Selasa, ketika pasar menyesuaikan diri dengan meredanya ketegangan atas isu nuklir Iran dan jaminan OPEC yang tidak akan memangkas kuota produksinya. Pada penutupan sesi pertama di pasar Singapura, Selasa, kontrak minyak New York, light sweet crude, untuk pengiriman April, turun dua sen menjadi 62,39 dolar dari penutupan sebelumnya 62,41 dolar per barel. "Berita geopolitik dari Iran tidak hangat lagi," kata Victor Shum, analis Purvin and Gertz, sebagaimana dikutip AFP. Kemungkinan perjanjian antara Badan Energi Atom Internasional (IAEA) dengan Iran mengurangi risiko geopolitik dan menghapus ancaman penghentian ekspor minyak dari Iran, kata Shum. IAEA, badan pengawas nuklir PBB, mulai bertemu, Senin, untuk mempertimbangkan laporan IAEA yang menyatakan Iran menolak permintaan untuk menghentikan pengayaan uranium dan bekerja sama penuh dengan para penyelidik lembaga tersebut. Pertemuan itu dapat menjadi pedoman bagi Dewan Keamanan PBB untuk mengambil langkah lanjutan atas Iran, tetapi Pimpinan IAEA, Mohamed El Baradei mengemukakan dirinya berharap perjanjian dapat tercapai segera untuk mengurangi kekhawatiran negara Barat atas program nuklir Iran. "Ini mengurangi ketakutan mengenai penghentian suplai minyak Iran dan reaksi pasar mengenai itu," kata Shum. Iran mengekspor 2,6 juta barel minyak per hari (bph) dan merupakan produsen minyak terbesar kedua di Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC). Dalam pertemuan lain di Wina, OPEC diharapkan mempertahankan kuota produksi minyaknya yang berlaku saat ini. Phil Flynn dari Alaron Trading menyatakan, para pelaku pasar percaya OPEC tidak akan memangkas produksinya pada tingkat harga seperti sekarang. "OPEC telah menyatakan dengan jelas (bahwa)...sepanjang harga minyak di atas 60 dolar mereka tetap, mereka tidak akan memotong produksi," kata Flynn. "Tetapi Saya pikir jika kami melihat harga minyak terus merosot di bawah 60 dolar, ada kesempatan baik bahwa mereka akan mengurangi produksinya." Kartel minyak itu harus menjaga kuota produksinya sebagai upaya meredakan harga minyak, kata Menteri Energi kuwait Sheikh Ahmad Fahd al-Sabah, Senin. "Saya percaya itu karena (tingginya) harga, kami harus menjaga produksi kami. Saya percaya bahwa harga masih tinggi. Untuk itu kami harus membantu harga lebih stabil," katanya. "OPEC menyatakan bahwa mereka tidak akan mengurangi target produksi yang bisa meredakan dampak di pasar," kata Shum. (*)
Copyright © ANTARA 2006