Mamuju (ANTARA) - Wajahnya tampak penuh tanda tanya menyaksikan kedatangan deretan kendaraan rombongan pejabat yang datang melihat kondisi ribuan pengungsi di Stadion Manakarra, Kota Mamuju Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) setelah terjadi gempa berkekuatan magnitudo 5,8.
Namun, akhirnya pengungsi paruh baya itu berhasil mendekati kerumunan untuk mendengarkan arahan rombongan pejabat yang dipimpin Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto, Sabtu.
Dengan tersenyum Mahmud (50) merasa senang karena namanya telah terdata di kantor Kelurahan Binanga Kabupaten Mamuju, sebagai penerima bantuan stimulan perbaikan rumah korban gempa pada 15 Januari 2021 lalu, telah memiliki harapan untuk menerima bantuan stimulan gempa tahap II.
"Kami belum menerima bantuan stimulan perbaikan rumah tahap II setelah rumah kami dirusak gempa pada 15 Januari 2021, namun gempa telah kembali melanda," katanya.
Ia bercerita saat gempa melanda Mamuju setahun yang lalu, dia dan keluarga harus mengungsi sejauh 100 kilometer dari Kota Mamuju, ke wilayah Kabupaten Mamuju Tengah, karena selain takut gempa susulan, juga tidak punya tempat tinggal karena dirusak gempa.
Ia senang Pemerintah Pusat akan memberikan bantuan perbaikan rumahnya yang rusak.
"Mendengarkan penjelasan kepala BNPB pusat, kami sangat senang di tengah bencana gempa yang kembali terjadi ini, karena akan dibantu pemerintah memperbaiki rumah kami yang rusak," katanya.
Baca juga: Pemkab Majene imbau pengungsi gempa kembali ke rumah
Beri bantuan
Bantuan stimulan gempa tahap II di Mamuju, sangat diharapkan karena dirinya kesulitan biaya untuk membangun kembali rumahnya yang rusak apalagi dirinya hanya berprofesi sebagai tukang ojek.
Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto, mengatakan pada gempa 6,2 magnitudo 15 Januari 2021 yang lalu, masih terdapat 16 ribu rumah warga yang rusak, dan akan diberikan bantuan tahap II di Kabupaten Mamuju dan Majene secepatnya.
Ia mengatakan, pada gempa 5,8 magnitudo yang terjadi pada 8 Juni 2022 ini, masyarakat yang rumahnya rusak dan terdampak gempa akan didata sebagai korban terdampak gempa pada tahap III.
Pemerintah Pusat berharap, agar pemerintah Sulbar dan Pemerintah Kabupaten Mamuju dan Majene juga mempercepat pendataan rumah warga yang rusak akibat gempa berkekuatan 5,8 magnitudo ini.
Karena rumah warga yang rusak tahap III ini, akan diupayakan penyaluran bantuan perbaikan rumah bersamaan dengan penyaluran bantuan gempa tahap II baik di Kabupaten Mamuju maupun di Kabupaten Majene.
Besarnya bantuan perbaikan rumah yang akan disalurkan pada tahap II dan III untuk setiap rumah korban, untuk kategori berat Rp50 juta, kategori sedang Rp25 juta dan kategori ringan Rp10 juta.
Untuk bantuan gempa tahap I telah dicairkan dan diterima 9.000 warga Mamuju yang rumahnya rusak akibat gempa pada 15 Januari 2021 lalu, dengan total bantuan Rp209 miliar dari BNPB, dan selanjutnya bantuan tahap II juga akan disalurkan.
Kepala BNPB mengatakan bencana gempa di Sulbar yang melanda Kabupaten Mamuju dan Majene, telah melalui tanggap darurat selama satu pekan sejak 8 Juni hingga 14 Juni 2022, dan salah satu fungsinya, mendata rumah rusak akibat gempa agar dapat ditangani dan diberikan bantuan.
BNPB pusat juga memberikan bantuan dana siap pakai (DSP) sebesar Rp1 miliar untuk penanganan bencana gempa di Sulbar. Bantuan tersebut diserahkan kepada pemerintah Sulbar Rp250 juta.
Kemudian untuk Polda Sulbar Rp100 juta, untuk Danrem 142 Tatag Mamuju Rp150 juta, dan pemerintah Kabupaten Mamuju dan Majene masing masing Rp Rp250 Juta.
Baca juga: Komando Armada II kirim bantuan ke Mamuju
Perkuat koordinasi
Gubernur Sulawesi Barat (Sulbar) Akmal Malik mengatakan kehadiran Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pusat Letnan Jendral (Letjend) TNI Suharyanto akan memberikan kekuatan bagi masyarakat Sulbar menghadapi bencana gempa.
"Kehadiran Kepala BNPB pusat yang mengunjungi ribuan pengungsi di Stadion Manakarra Mamuju, akan menjadi kekuatan dan semangat serta harapan bagi masyarakat menghadapi bencana gempa ini," katanya.
Masyarakat Sulbar masih dalam kondisi trauma akibat bencana gempa, yang terjadi pada 15 Januari 2021 yang lalu.
"Masyarakat Sulbar masih dihantui peristiwa gempa 15 Januari 2021, sehingga panik dan mengungsi di ketinggian di Kota Mamuju, ketika terjadi gempa magnitudo 5,8 ini," katanya.
Menurut dia, masyarakat di Sulbar mesti diberikan edukasi dalam menghadapi bencana karena Sulbar merupakan wilayah yang seringkali dilanda bencana seperti gempa banjir dan tanah longsor.
Pemerintah Sulbar telah membentuk satgas penanggulangan bencana gempa 5,8 magnitudo dan satgas tersebut akan bekerja cepat melakukan pendataan rumah warga yang rusak.
Pemerintah Sulbar juga terus melakukan koordinasi dengan pemerintah Kabupaten Mamuju dan Majene dalam upaya penanggulangan gempa dan untuk mempercepat pendataan warga yang rumahnya rusak, sehingga mereka cepat mendapatkan bantuan.
"Yang terpenting saat ini adalah menjaga kebersamaan, jaga kekompakan seluruh masyarakat Mamuju bersama pemerintah, menghadapi bencana gempa ini," katanya lagi.
Baca juga: Sebagian pengungsi di Mamuju masih trauma pulang ke rumah
Korban gempa
Pemerintah Sulbar akan terus bersama masyarakat,memberikan yang terbaik dalam membantu penanganan bencana bagi para pengungsi.
Berdasarkan data pemerintah, gempa berkekuatan magnitudo 5,8 mengakibatkan sebanyak 17 warga mengalami luka berat, ringan dan sedang, selain itu 75 rumah warga mengalami kerusakan di Kabupaten Mamuju dan Majene.
Gempa itu juga mengakibatkan 15,659 jiwa mengungsi yakni di Kabupaten Mamuju sebanyak 8,159 jiwa dan di Kabupaten Majene 15,000 jiwa
Selain itu merusak satu unit sarana rumah ibadah dan empat unit bangunan milik pemerintah Sulbar serta kantor PLN Mamuju.
Badan Meteroligi klimatologi dan Geofisika (BMKG) merilis titik gempa Mamuju berlokasi di laut pada jarak 26 kilometer Kota Mamuju pada kedalaman 10 kilometer, episentrum gempa berada pada koordinat 2,77 lintang selatan dan 118,56 bujur timur.*
Baca juga: BPBD Mamuju jamin kebutuhan para pengungsi terpenuhi
Baca juga: BMKG imbau warga Mamuju tidak percaya ramalan gempa sekitar M 6,0
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022