Kita harus tahu bagaimana cara kita menjaga karunia hujan ini agar tidak menimbulkan petakaâ€
Jakarta (ANTARA News) - “Saat aku di Canberra, aku jarang merasakan hujan lebat. Kalau ada hujan lebat, wah, benar-benar sudah ditunggu kedatangannya. Kamu tahu kenapa? Karena Australia adalah benua kering.”
Itulah sepenggal kutipan dari “Jejak-jejak Air”, karya tulis yang disiarkan dalam blog milik Aisha Nindya Kirana.
Tulisan ini baru saha meraih juara satu dalam Aqua Blog Writing Competition 2012
Membuka blog Aisha yang berfoto dirinya, Anda mungkin akan terhenyak, karena Anda akan mendapati tulisan dan curhat canggih seorang anak yang sungguh memiliki bakat untuk menjadi penulis luar biasa.
Usianya baru beranjak sembilan tahun, tapi ide-idenya luar biasa, salah satunya keprihatinan dia akan kondisi air di Indonesia yang memicunya menulis di blognya.
Aisha kini duduk di kelas tiga SDN Pucang III, Sidoarjo, Jawa Timur. Dia menulis karyanya itu berdasarkan pengalaman hidupnya menetap di Australia. Dibantu sang ibu dan kakak laki-lakinya Ahmad Harwin Nugroho, Aisha menuliskan karyanya.
“Di Canberra jarang hujan, air sangat sulit. Jadi kami diajari untuk menghargai air di sana,” kata Aisha sambil tersipu-sipu malu kepada Antara News.
Sebaliknya, kata dia, di Sidoarjo banyak hujan dan sering banjir.
“Kita yang hidup di Indonesia harus bersyukur karena dikaruniai hujan. Kita harus tahu bagaimana cara kita menjaga karunia hujan ini agar tidak menimbulkan petaka,” kata Aisha dalam blognya.
Bersama keluarganya, Aisha tinggal di Canberra selama kurang lebih tiga tahun. Tulisan bertajuk “Jejak-jejak Air” adalah satu-satunya tulisan dia yang berbahasa Indonesia. Selebihnya dia sajikan dalam Bahasa Inggris, dengan tata bahasa yang luar biasa untuk anak seusianya.
Gadis cilik yang akrab disapa Ais ini mulai senang menulis sejak mengenyam pendidikan di Canberra, Australia. Pada 2010, bungsu dari dua bersaudara ini membuat blog pribadinya, dibantu sang ibu, Wienta Diarsvitri.
“Setiap hari waktu di Australia, Ais diwajibkan untuk menulis setidaknya satu halaman, tentang apa yang dia lakukan di rumah,” kata Wienta yang menjelaskan bahwa anaknya itu memang terbiasa menulis sejak lama.
Aisha sudah biasa mengemukakan pendapatnya.
“Di Australia, tulisan dan pendapat anak-anak sangat dihargai," kata Wienta.
Putri terkecil Wienta ini begitu percaya diri dalam berpendapat. Inilah yang membuatnya tidak memiliki kesulitan berarti saat menulis karya tulisnya.
Bukalah blog Aisha, maka Anda akan mendapati Aisha sebagai seorang anak yang begitu cinta kepada alamnya. Begitu banyak foto-foto pemandangan alam yang ia posting ke blognya. Aisha juga memosting hasil karyanya yang lain dalam bentuk kerajinan tangan seperti buku, kartu ucapan, lukisan dan lain sebagainya.
Tak hanya menulis, Aisha juga memiliki hobi membuat komik atau manga. Sekali lagi, karya-karyanya yang ini pun dia posting ke blognya.
“Ais senang sekali menggambar manga. Sehari dia bisa membuat sampai lima chapter,” ujar sang ibu mengumbar senyum bercampur bangga, lalu mengalihkan pandangan kepada Aisha yang kembali tersipu malu.
Ketika ditanya soal cita-citanya, tetap dengan tersenyum manis, Aisha menjawab, “Aku mau jadi dokter seperti ibu.” Mata dan arah mukanya terarah kepada sang ibu yang ternyata seorang ilmuwan.
Di blognya, Aisha berpesan kepada masyarakat, “Aku harap setelah membaca tulisan di blog ini, kita jadi semakin sadar bahwa kita sangat bergantung kepada air, dan sudah saatnya kita mulai menghargai kehadiran air, menjaganya dan menghemat penggunaannya. Mari kita mulai dari sekarang, dari diri kita sendiri!” (*)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2012