Semarang (ANTARA News) - Promotor tinju nasional asal Kalimantan Timur, HM Arsyad mengatakan, belum saatnya juara dunia kelas bulu WBA, Chrisjon melakukan pertarungan unifikasi atau penyatuan gelar dua badan tinju dunia. "Saya kira masih banyak kelemahan dari Chrisjon yang perlu diasah agar lebih mantap, terutama pukulannya," katanya ketika dihubungi dari Semarang, Senin malam. Dia mencontohkan, coba saja lihat ketika melawan petinju Meksiko, Juan Manuel Marquez, kecepatan pukulan petinju kelahiran Kabupaten Banjarnegara, Jateng, itu masih kalah, demikian juga produktivitas memasukkan pukulan ke arah lawan. "Jangan terburu-buru memaksa Chrisjon dalam suatu pertarungan unifikasi," kata pemilik Sasana Lembusuwana Tenggarong, Kutai Kartanegara, Kaltim itu. Seperti diketahui, suami dari mantan atlet wushu Jawa Tengah, Anna Maria Megawati baru saja mempertahankan gelar untuk yang kelima kalinya setelah menang angka mutlak atas penatangnya, Juan Manuel Marquez (Meksiko) dalam tarung wajib "mandatory fight" di Tenggarong, Kutai Kartanegara, Kaltim, Sabtu malam (4/3). Chrisjon merebut gelar juara dunia kelas bulu dalam pertarungan melawan petinju Colombia, Oscar Leon di Bali, September 2003, kemudian mempertahankan gelarnya dengan mengalahkan Osamu Sato (Jepang), Jose Cheo Rojas (Venezuela), Derrick Gainer (Amerika Serikat) dan terakhir Tommy Brown (Australia). Yang penting sekarang ini, kata dia, adalah memperbanyak jam terbang bagi Chrisjon. Ketika ditanya apakah tetap akan menjadi promotor untuk pertarungan Chrisjon selanjutnya, HM Arsyad mengatakan, nanti akan melihat situasi dan kondisi. "Yang penting baginya adalah mampu menyelenggarakan pentas tinju dunia dan Chrisjon bisa mempertahankan juara dunia. Soal itu, nanti akan melihat situasi dan kondisi yang ada," katanya. Usai melawan Juan Manuel Marquez, Chrisjon diberi kesempatan satu bulan untuk berkumpul dengan keluarganya di Semarang, usai itu petinju ini harus kembali menjalani latihan di Sasana Herry Gym`s di Perth Australia.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006