Keinginan manusia untuk bisa menjelajahi angkasa luar bumi dan mendiami salah satu planet selain Bumi menjadi angan-angan yang tidak pernah berhenti untuk dikejar.
Jakarta (Antara News) - Jatuhnya satelit tak berawak Phobos-Grunt milik Rusia yang ditujukan untuk mendarat di salah satu bulannya planet Mars bernama Phobos, apakah merupakan kegagalan untuk mendiami planet Mars?

Phobos-Grunt telah gagal melaksanakan misinya, pecah menjadi beberapa bagian dan jatuh ke Samudera Pasifik.

Menurut juru bicara Kementerian Pertahanan bagian ruang angkasa Rusia, Alexei Zolotukhin, satelit tak berawak seberat 14,5 ton jatuh sekitar pukul 17.45 GMT di wilayah bagian selatan Samudera Pasifik sekitar 1.250Km sebelah barat pulau Wellington lepas pantai negara Chile.

Agen federal ruang angkasa Rusia, Roscosmos, mengatakan sekitar 20-30 potongan Phobos-Grunt, dengan berat total tidak lebih dari 200Kg, berpotensi mencapai permukaan tanah.

Puing-puing itu termasuk juga "capsule" untuk membawa sampel kembali. Capsule itu di desain akan tahan terhadap gesekan atmosfer Bumi. Capsule direncanakan akan membawa sampel dari bulan Phobos apabila misinya berlangsung sukses.


Desain dan Proyek Ilmiah

Desain "platform" Phobos-Grunt dikembangkan oleh NPO Lavochkin, sedangkan Institut Penelitian Ruang angkasa Rusia (IKI) mengembangkan sisi keilmuan, dan melibatkan banyak institusi baik di dalam maupun di luar Rusia. Biaya untuk mengembangkan Phobos-Grunt dilaporkan menghabiskan 5 miliar rubel atau setara Rp1,5 triliun.

Setelah hanya sekedar proyek di atas kertas, pada tahun 2008, Phobos-Grunt menjadi proyek yang aktif dikembangkan dengan membangun versi-versi dan instrumen-instrumen ilmiah juga mulai merakit roket yang akan menerbangkannya.

Saat mengalami kesalahan start di tahun 2009, pihak pengembang proyek terpacu untuk usaha peluncuran ke Mars tahun 2011. Meskipun harus menunggu dua tahun untuk penundaan peluncuran, beberapa tantangan coba dipecahkan, untuk membuat misi Rusia jauh dari orbit Bumi sejak tahun 1988 menjadi kenyataan.

Usaha Rusia untuk mengirimkan satelit tanpa awak ke Mars mengalami nasib yang sama.
Pada tahun 1996 dengan nama Mars 96 satelit tanpa awak mengalami kegagalan mesin. Mars 96 hancur dan mengakibatkan hujan puing di atas perbatasan Chile-Bolivia di pegunungan Andes dengan membawa 200gram Plutonium.

Menurut Associated Press, Phobos Grunt juga membawa bahan radioaktif Cobalt-57 di dalam salah satu instrumennya, tetapi menurut pejabat Rusia itu tidak akan menyebabkan kontaminasi.


Misi Phobos-Grunt

Phobos-Grunt dikembangkan dimulai tahun 1996 dengan misi mendarat di permukaan salah satu satelit planet Mars yang dinamakan Phobos, dan balik ke bumi dengan membawa sampel tanah dan batuan Phobos.

Diluncurkan 9 November 2011 lalu dengan menggunakan roket Zenit-2SB dari Baikonur Cosmodrome di Kazakhstan. Phobos-Grunt hanya melayang di orbit Bumi. Tetapi terjadi kerusakan alat navigasi dan tidak dapat menyalakan mesinnya sendiri yang akan mengantarkannya sampai ke planet Mars

Satelit tanpa awak telah berhasil mengitari bumi tetapi kemudian ketika dicoba menggunakan tenaga matahari untuk dapat mengontrolnya dari Bumi. Namun ketika ingin membuang tangki bahan bakar setelah terjadinya kebakaran di sistem pendorong, mengakibatkan terhalangnya saluran komunikasi.

Andaikata Phobos-Grunt sukses dalam perjalanannya ke bulan Phobos, maka diperkirakan akan mendarat di planet Mars pada September 2012, kemudian mendarat kembali di bulan Phobos pada awal 2013. Sebelum mendarat, 170 juta dollar satelit tidak berawak akan menggunakan 20 instrumennya untuk mempelajari Mars, Phobos, dan Deimos - atau bulan kecil lain planet Mars.

Phobos-Grunt direncanakan bergabung dengan satelit milik China, Yinghuo 1.


Kenapa Meneliti Planet Mars?

Keinginan manusia untuk bisa menjelajahi angkasa luar bumi dan mendiami salah satu planet selain Bumi menjadi angan-angan yang tidak pernah berhenti untuk dikejar. Seperti gambaran sebuah film berjudul "Total Recall" yang dibintangi oleh Arnold Schwarzenegger dan Sharon Stone, yang menggambarkan adanya kehidupan manusia di planet Mars.

Penelitian terhadap planet Mars tercatat dimulai sejak Johannes Kepler tahun 1609 yang menghitung orbit planet Mars, dan telah mengantarnya menemukan hukum pergerakan planet.

Kemudian tahun 1784, William Herschel mengenali bahwa ada kesamaan antara Mars dengan Bumi, beliau berpendapat bahwa kutub Mars terbuat dari es dan salju. Kemudian diikuti dengan pembuatan peta planet Mars oleh Johann Maedler tahun 1840. Peta yang akurat dari planet Mars dibuat oleh William Rutter Dawes pada tahun 1864.

Gerard Kuiper mendeteksi adanya karbondioksida di atmosfer Mars pada tahun 1947.

Amerika Serikat telah beberapa kali mengirimkan foto terkait planet Mars antara tahun 1965-1969 menggunakan Mariner 4, 6, dan 7. Hasil fotonya berkaitan dengan bagian selatan hemisfer, perkiraan tekanan atmosfer, dan foto wilayah equator.

Mariner 9 telah sukses mengorbit di Mars termasuk memantau bulan Phobos dan Deimos, dan mengirimkan lebih dari 7.000 gambar untuk menyediakan peta planet Mars yang hampir mendekati komplit, kemudian menemukan air beku dibawah lempeng es karbondioksida.

Rusia atau USSR sendiri telah mengirimkan Mars 2 untuk mengorbit dan mendarat. Pendaratan mengalami kerusakan di selatan hemisfer tidak ada data dari pendaratan.

Dilanjutkan dengan Mars 3 yang telah mengorbit dan mendarat. Pendaratan telah mengirimkan data hanya 20 detik sebelum mengalami kegagalan. Gambar TV pertama dari permukaan planet Mars.

Kemudian Mars 4, Mars 5, Mars 6, Mars 7 hampir semuanya mengalami kegagalan misinya.

Dilanjutkan penemuan meteorit ALH84001 yang berasal dari Mars ditemukan di Antartika, tahun 1984.

Misi mempelajari Mars oleh Rusia menjadi Phobos. Setelah mengalami kegagalan Phobos 1, Phobos 2 berhasil terbang dan mendarat mempelajari bulan Phobos. Tetapi kehilangan kontak dekat Phobos.

Mars 96 mengalami kegagalan dan jatuh ke lautan di Bumi.

Keberhasilan Mars Pathfinder (Amerika Serikat) menyelesaikan misinya bulan Juli-September 1997 berhasil mendarat dan melakukan eksporasi terhadap permukaan Mars, mengumpulkan data, dan melakukan studi untuk pendaratan di masa mendatang. Dilanjutkan dengan Mars Globar Surveyor (Amerika Serikat) melakukan misi melakukan pemetaan misi, pemetaan permukaan tanah.

Jepang dengan NOZOMI Planet-B,  melakukan penelitian terhadap atmosfer bagian paling atas dengan penekanan terhadap interaksinya dengan angin matahari. Mengalami kerusakan dan kegagalan tiba karena roket rusak.

Mars Surveyor Program (Amerika Serikat), menghasilkan 3 pendaratan terpisah. Tahun 2001: Mars Odyssey mengukur komposisi permukaan planet Mars, untuk mendeteksi keberadaan air dan kemungkinan terbakarnya es, dan mempelajari lingkungan radiasi.
Tahun 2003: Mars Express Orbiter/Beagle 2 kerjasama (Amerika Serikat dengan Eropa) melakukan eksporasi atmosfer dan permukaan Mars dari kutub orbit, Beagle 2 mengalami kegagalan mendarat.
Tahun 2005: Mars Reconnaissance Orbiter (Amerika Serikat), dilengkapi dengan kamera zoom, membawa alat untuk menemukan air dan mencoba mencari lokasi pendaratan yang aman untuk eksplorasi di masa mendatang.

Setelah tahun 2009 (Amerika Serikat/International): NASA merencanakan mengirimkan tambahan orbiter, pendaratan dan pengeksplorasi, dan misi pertama untuk membawa pulang sampel batuan dan tanah dari planet Mars. Rencana terdekat akan diluncurkan tidak lebih awal dari tahun 2014. Perkembangna teknologi untuk meningkatkan kemampuan seperti instrumen meminiatur permukaan dan instrumen untuk pengeboran dalam sampai dengan ratusan meter direncanakan akan dibawa pada periode ini. Program ini melibatkan peneliti internasional seperti dari Perancis dan Italia.

Visi yang cukup ambisius dihadirkan oleh Presiden Amerika Serikat, pada Januari 2004, yang meminta pengiriman awak yang diikuti pembuatan basis permanen yang bisa ditinggali oleh manusia. Direncanakan akan dibangun antara tahun 2015 - 2020.

Pertanyaan besar kemudian muncul, mungkinkah kehadiran manusia secara permanen di planet Mars akan terwujud?

Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2012