Jakarta (ANTARA) - Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman meminta pemerintah untuk lebih menggencarkan vaksinasi dosis ketiga dalam rangka mencegah kenaikan kasus COVID-19 di dalam negeri.
"Kita masih punya PR besar dan segera harus dikejar. Penting bagi Indonesia untuk membangun imunitas di masyarakat mencapai dosis ketiga," ujar dia ketika dihubungi di Jakarta, Kamis.
Ia menilai bahwa jumlah vaksinasi COVID-19 dosis ketiga yang belum tinggi menjadi salah satu faktor kasus COVID-19 kembali naik.
"Selama masyarakat belum tinggi proteksinya akan timbul lonjakan dan kerawanan," ucapnya.
Baca juga: Kenaikan kasus COVID-19 hal wajar dan masih terkendali
Di sisi lain, ia menambahkan, potensi reinfeksi COVID-19 juga masih terbuka karena menurunnya antibodi di sejumlah masyarakat yang belum mendapatkan dosis ketiga.
"Bukan hal aneh karena reinfeksi, mayoritas penduduk belum di-'booster' (vaksin penguat), itu salah satu hal yang membuat kasus masih bisa terjadi," tuturnya.
Berdasarkan data Satgas Penanganan COVID-19 pada Kamis ini, jumlah penduduk yang telah mendapat suntikan tiga dosis vaksin COVID-19 mencapai 47.212.227 orang atau 22,67 persen dari total warga yang menjadi sasaran vaksinasi COVID-19.
Kendati demikian, ia menilai bahwa kembali meningkatnya kasus COVID-19 dalam beberapa pekan terakhir ini relatif masih terkendali.
"Kalau pun ada lonjakan tidak akan sebesar tahun lalu. Tapi kalau ada varian yang lebih infeksius dan cakupan vaksinasi tiga dosis lambat bisa bercerita lain," tuturnya.
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 Prof Wiku Adisasmito dalam konferensi pers, Rabu (8/6), menyatakan tren kasus positif COVID-19 mingguan di Indonesia kembali naik sebesar 31 persen.
Menurut data satgas pada tanggal 22 Mei 2022, kasus positif ada 1.814 kasus, namun kini naik menjadi 2.385 kasus. Kasus aktif harian juga ikut mengalami peningkatan sebesar 328 kasus atau 10 persen.
Dari kasus aktif harian yang terlaporkan pada 2 Juni 2022, yakni 3.105 kasus, sekarang bertambah menjadi 3.433 kasus.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2022