Pekanbaru, (ANTARA News) - Pembukaan lahan dengan cara pembakaran menyebabkan empat ekor harimau Sumatera (Panthera Trigis Sumatraensis) berkeliaran di sekitar permukiman warga di Kampung Basilam Baru, Kecamatan Sungai Sembilan, Kota Dumai, Riau.

Direktur Perlindungan Konservasi Harimau Sumatera (PKHS) Bastoni, ketika dihubungi ANTARA dari Pekanbaru, Kamis, mengatakan ada empat ekor harimau yang berkeliaran di perkampungan tersebut. Dugaan ini berdasarkan kesaksian warga yang sempat melihat satwa dilindungi itu serta dari penemuan jejak kaki di sekitar perkampungan.

"Empat ekor harimau diperkirakan merupakan satu keluarga yang terdiri dari sepasang induk berumur sekitar enam tahun serta dua ekor anak berumur satu tahun," katanya.

Menurut Bastoni, keberadaan harimau di perkampungan diduga kuat akibat aktivitas pembukaan lahan oleh warga pendatang untuk perkebunan sawit di daerah lintasan (home range) habitat harimau kerap mencari makan. Kampung Basilam Baru berjarak sekitar 10 kilometer dari Kawasan Hutan Konservasi Khusus Senepis. Sedangkan "home range" harimau sebenarnya melampaui kawasan konservasi itu sendiri, yakni mencapai lahan yang kini menjadi konsesi hutan tanaman industri PT Suntara Gajah Pati.

Namun karena lemahnya pengawasan pihak perusahaan, lanjutnya, warga pendatang menjarah daerah konsesi dan membuat satwa ketakutan dan melarikan diri masuk perkampungan. Ia mengatakan pembukaan lahan dengan cara membakar hingga kini masih terjadi tapi tidak ada upaya pemadaman karena minimnya akses menuju lokasi kebakaran.

"Pembakaran lahan bahkan sudah mulai masuk ke kawasan konservasi Senepis, meski dalam jumlah kecil. Namun, kebakaran itu sudah membuat binatang di dalamnya ketakutan," katanya.

Meski demikian, lanjutnya, warga setempat tampak tidak panik menanggapi kehadiran satwa belang itu. Hingga kini belum ada laporan harimau menyerang ternak dan warga setempat. Warga bersama tim PKHS bekerjasama memasang perangkap kurungan dengan umpan kambing.

Ia menambahkan, kehadiran harimau di kampung tersebut bukanlah yang pertama kali. Kejadian sama juga pernah terjadi pada tahun 2002, dimana lima ekor harimau Sumatera masuk ke kampung tersebut akhirnya ditangkap dan dikirimkan ke Taman Safari, Bogor.

Menteri Kehutanan menunjuk Senepis sebagai kawasan hutan konservasi khusus harimau Sumatera pada 3 Januari 2006 seluas 106.081. PKHS memperkirakan kawasan Senepis mengandung populasi sekitar 30 ekor harimau Sumatera berdasarkan monitoring tahun 2007.

Sistem Deteksi Dini

Sementara itu, Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup (Walhi Riau) Jhony S Mundung, menilai kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang kerap terjadi setiap tahun menunjukan bahwa pemerintah daerah tidak memiliki sistem pendeteksian dan pencegahan dini terhadap karhutla.

"Seharusnya dicegah dari awal, bukan baru sibuk memadamkan api ketika kebakaran dan asap tebal sudah menyelimuti seantero Riau," katanya.

Mungung mengatakan, lemahnya pendeteksian dini juga ditunjukkan dari tidak berfungsinya 500 kelompok masyarakat anti api di seluruh riau dengan berbagai alasan, seperti pendanaan dan peralatan. Akibatnya, kawasan konservasi di Riau tiap tahun menjadi langganan kebakaran seperti di Senepis, Taman Nasional Tesso Nilo, Suaka Marga Satwa Kerumutan, dan Suaka Marga Satwa Bukit Rimbang Baling.

"Bila dibiarkan, kawasan konservasi tidak akan memberi ruangan yang nyaman dan cukup untuk habitat satwa disana," kata Mundung.(*)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009