"Kami merasa sangat kehilangan. Beliau adalah aktivis, pejuang, yang sangat militan. Beliau juga ulama NU," katanya mengenai sosok pemimpin Pondok Pesantren Lirboyo, KH Imam Yahya yang meninggal akibat komplikasi penyakit di Pondok Pesantren Salafiyah Al Mahrusiyah di Lirboyo, Kediri, Jawa Timur, Minggu.
Said Aqil mendatangi rumah duka sebagai wujud kepedulian dari NU dan penghormatan terakhirnya kepada almarhum.
Ia menyebut KH Imam Yahya adalah sosok yang sangat rendah hati (tawadu').
"Beliau tidak pernah mau duduk di bangku paling depan, dan selalu duduk di bangku belakang. Bahkan, beliau juga tidak pernah panggil nama saya, justru memanggil dengan sebutan Kang, padahal saya ini adiknya," ucapnya.
Said mendoakan arwah KH Imam Yahya tenang di sisiNya, semua dosanya diampuni, dan meninggal dengan "khusnul khotimah". Ia berharap warga NU menggelar salat gaib untuk mendoakan arwah KH Imam Yahya.
Pimpinan Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur, KH Imam Yahya Mahrus wafat setelah sempat dirawat di Graha Amerta Sabtu malam (14/1 sekitar pukul 20.30 WIB, akibat sakit yang dideritanya. Ia dimakamkan di Kelurahan Ngampel, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri, sesuai dengan wasiatnya.
Kondisi kesehatan Rektor IAIT Kediri itu memang buruk sejak setahun terakhir sehingga sudah sering masuk dan keluar rumah sakit. Ia menderita komplikasi penyakit di antaranya tumor paru, diabetes, dan paru-paru basah. KH Imam Yahya meninggalkan seorang istri bernama Nyai Zakiyah serta enam orang anak.(*)
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2012