Jakarta (ANTARA News) - Pelepasan jemaah haji kloter pertama pada tanggal 2 Oktober 2011--bertepatan dengan Hari Batik--memiliki makna tersendiri.
Batik merupakan warisan budaya bangsa sekaligus sebagai identitas yang telah diakui oleh badan kebudayaan dunia--United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO).
Pada musim haji 1432 Hijriah/2011 Masehi menjadi musim pertama jemaah haji asal Indonesia mengenakan pakaian batik sebagai seragam sekaligus identitas bangsa.
Melalui Lomba Rancang Seragam Batik Jemaah Haji Indonesia yang diselenggarakan oleh Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah pada medio 2010, diperoleh design batik sebagaimana yang dikenakan oleh jemaah Haji saat ini.
Dengan mengedepankan prinsip kebinekaan Indonesia dan orisinalitas, lomba ini diikuti oleh designer batik dari penjuru Tanah Air. Keluar sebagai pemenang adalah Widodo, perajin batik asal Solo.
Di samping karena keunikan dan orisinalitasnya, desiain pemenang batik dipilih karena makna desain, motif, ornamen, dan warna dasarnya, yaitu :
-DESAIN BATIK memberikan gambaran tentang bersatunya kebudayaan Indonesia yang walaupun berbeda-beda suku dan adat, masih dalam satu kesatuan Republik Indonesia.
-MOTIF BATIK diambil dari ornamen-ornamen pulau-pulau besar yang ada di Indonesia, seperti bunga Raflesia dari Pulau Sumatra, Perisai dari Pulau Kalimantan, Lereng atau Parang dari Pulau Jawa, dan tanaman rambat dari Indonesia bagian Timur.
-ORNAMEN BATIK gabungan ini merupakan perwujudan dari perwakilan budaya lokal Indonesia yang telah menjadi satu kesatuan dalam budaya Nasional Indonesia.
-WARNA DASAR BATIK adalah hijau sebagai lambang dari Jamrud Khatulistiwa yang telah menyatukanpulau-pulau di Indonesia menjadi satu kesatuan. Warna hijau juga menjadi warna utama agama Islam yang dipakai diseluruh di dunia. Penambahan kombinasi Warna ungu yang merupakan perlambang warna untuk masing-masing ornamen dari pulau-pulau besar di Indonesia.
Selanjutnya, produksi batik haji tidak dilakukan secara massal oleh industri konveksi berskala besar, tetapi dengan tetap mengedapnkan peran pemberdayaan, produksi batik melibatkan unit-unit Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang tersebar di Jakarta, Bekasi, Pekalongan, Yogyakarta, Cirebon, Magelang, dan Solo.
Untuk menjaga mutu dan kenyamanan selama dikenakan oleh jemaah haji, desiain batik yang digunakan juga dituntut untuk memenuhi kriteria tertentu, seperti kesesuaian warna dan penggunaan bahan.
Dengan jumlah orang berhaji yang paling banyak di antara jemaah haji dari negara lain, jemaah haji asal Indonesia dengan mengenakan batik akan terlihat paling menonjol.
Di samping sebagai identitas nasional, batik juga merupakan warisan budaya leluhur. Jemaah haji asal Indonesia pun berkesempatan untuk memperkenalkan budaya bangsa kepada masyarakat Internasional.
Pelepasan jemaah haji kloter pertama yang bersamaan dengan Hari Batik pada tanggal 2 Oktober 2011 memberikan makna tersendiri bagi kebudayaan bangsa.
Tanpa mengesampingkan faktor keabsahan dalam pemenuhan syarat wajib dan rukun ibadah haji, penggunaan batik merupakan bentuk akomodasi. Artinya, bahwa kebudayaan bangsa bukanlah menjadi penghalang untuk menjadi seorang muslim yang baik, melainkan dengan mencintai budaya dan warisan leluhur justru dapat menjadi media untuk semakin meningkatkan nilai keimanan.
Berada dalam sekumpulan jemaah haji dari berbagai penjuru dunia dengan mengenakan pakaian batik akan menjadi daya tarik tersendiri. Apalagi jumlah jemaah haji asal Indonesia yang mencapai lebih dari 200.000 orang. Jika mengenakan batik secara bersamaan, akan terkesan seolah-olah ada "kampung batik" di Tanah Suci.
Di samping beribadah dan tetap bangga dengan identitas bangsa Indonesia, jemaah haji juga berkesempatan untuk mempromosikan warisan budaya bangsa kepada masyarakat internasional. Dengan harapan akan menimbulkan ketertarikan masyarakat internasional.
Tidak hanya kepada batik sebagai salah satu budaya bangsa, tetapi secara umum ketertarikan terhadap budaya dan warisan bangsa secara keseluruhan, sekaligus menjadi ajang promosi pariwisata kebudayaan Indonesia. (*)
Pewarta: D.Dj. Kliwantoro
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2012