Padang (ANTARA News) - Staf Khusus Presiden bidang Bantuan Sosial dan Bencana, Andi Arief, mengatakan bahwa potensi gempa berkekuatan besar semisal 8,9 skala richter (SR) harus disampaikan kepada masyarakat.
"Kita seharusnya sadar daerah ini merupakan salah satu supermarket bencana, dan itu tidak bisa ditutup-tutupi. Masyarakat harus mengetahui itu agar mereka dapat meningkatkan kesiapsiagaan dalam menghadapi setiap kemungkinan, bukan untuk menakut-nakuti," katanya dalam Workshop Peran Jurnalis dalam Penanggulangan Bencana di Padang, Sabtu.
Dia mengemukakan, potensi gempa dengan kekuatan 8,9 SR tersebut berdasarkan kajian dari data kebencanaan di masa lalu, seperti gempa bumi dan tsunami yang melanda Aceh pada tahun 2004, merupakan siklus 600 tahunan yang sebelumnya terjadi sekitar abad ke-14 dan 15.
Potensi gempa dengan kekuatan besar di Sumbar, menurut dia, juga berdasarkan sejarah masa lalu yang pernah terjadi, yakni tsunami pada abad ke-14, 17, dan 18. "Data tersebut cukup memperlengkap adanya potensi ke arah bencana," katanya.
Menurut dia, kemungkinan terjadinya gempa dengan kekuatan besar setelah melakukan pembicaraan dengan pihak PMBV, LIPI, BNPB, serta para ahli dan tim perguruan tinggi.
Dari pertemuan yang dilakukan, katanya, daerah yang patut diwaspadai terjadinya gempa dengan kekuatan besar adalah Siberut, serta Selat Sunda, di mana dua kawasan itu harus menjadi prioritas perhatian baik masyarakat sekitar maupun pemerintah.
Tidak hanya di Sumbar, potensi terjadinya bencana saat ini mulai merata dari Aceh hingga Papua, seperti gempa dengan kekuatan 4,4 SR yang terjadi baru-baru ini di Singkawang dan belum pernah diprediksi sebelumnya.
Perlunya disampaikan potensi gempa dengan kekuatan besar di suatu daerah, menuru dia, disebabkan bencana tidak hanya persoalan suatu daerah namun juga akan berimbas ke daerah lain bahkan hingga mancanegara.
"Sama seperti Aceh, Sumbar juga memiliki kelengkapan sejarah tentang kebencanaan, dimana saat ini LIPI juga masih melakukan pencarian kerajaan Istana Pagaruyung yang asli, yang diduga hilang akibat bencana alam pada masa lalu," jelas Andi.
Ia menambahkan, dengan adanya potensi terjadinya gempa berkekuatan besar di Sumbar, masyarakat harus kembali menggali apa yang ada pada zaman dulu. Karena itu penelitian tentang keberadaan Istana Pagaruyung yang asli masih terus dilakukan untuk mengetahui sejarah yang terputus tentang kebencanaan di Sumbar.
"Jika potensi bencana itu ada dan tidak kita sampaikan, maka yang terjadi nantinya malah akan membuat masyarakat yang menjadi korban semakin banyak, seperti yang terjadi di Aceh tahun 2004. Kita harus belajar dari itu, ada kepentingan untuk menyampaikan potensi bencana agar masyarakat siap menghadapinnya," katanya.
(T.KR-AH/R014)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2012