Surabaya (ANTARA News) - Gembong dan kelompok teroris yang paling dicari oleh kepolisian Indonesia, Noordin M Top, yang dikabarkan mengalami kesulitan dana operasi, diduga kuat selain mendapat bantuan dari jaringan Al-Qaeda juga sedang menghimpun dana melalui infak dari para simpatisannya. Informasi yang dihimpun ANTARA dari kalangan intelijen, Senin, mengatakan, Polri dan aparat keamanan saat ini masih memburu kelompok Noordin M Top dan berupaya mengungkap penyandang dananya termasuk kurir yang menjadi penghubung antara Noordin M Top dengan Al-Qaeda. "Polri dan aparat keamanan terus memburu kelompok mereka itu," katanya, menanggapi pemberitaan sebuah media elektronika Singapura baru-baru ini. Radio Singapura Internasional yang melansir pernyataan Kepala Departemen Kejahatan Cyber Kepolisian Republik Indonesia, Kombes Pol Petrus Reinhard Golose, dalam sebuah seminar Internasional mengenai anti terorisme di Jakarta menjelaskan, kelompok binaan Azahari itu menyebar di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Mereka bahkan berafiliasi dengan gerakan Negara Islam Indonesia (NII) yang sejak lama mengidamkan berdirinya republik Islam Indonesia. Masalah dana merupakan rantai penting operasi Jemaah Islamiyah, berbagai operasi peledakan di Indonesia sejak bom bali pertama dibiayai oleh Al Qaeda melalui Khalid Muhammad, perancang serangan 11 September. Dana tersebut diantar melalui kurir baik bom Bali satu hingga bom bali dua seluruhnya dibiayai oleh jaringan teroris internasional itu. "Pengiriman uang digunakan untuk bom bali pertama, kemudian untuk Marriot melalui kurir bernama Ismail yang ditangkap di Sumatra. Sisa uang dipergunakan untuk meledakkan bom di Kedubes Australia dan bom bali kedua," tegasnya. Setelah bom bali pertama, diketahui bahwa Al Qaeda kembali mengirimkan dana melalui kurir. Namun, pentolan Jemaah Islamiyah, Abdullah Sonata berbeda pendapat dengan Noordin M Top mengenai bagaimana menggunakan dana tersebut. Akhirnya dana tersebut dialihkan ke Filipina. Setelah itu ada pengiriman lagi, namun Noordin M Top berbeda pendapat dengan Abdulah Sonata hingga akhirnya uang dikirim ke Filipina. Belum diketahui kewarganegaraan kurir Al- Qaeda yang selama ini memasok dana untuk kelompok teroris di Indonesia, bahkan beberapa teroris Indonesia dikabarkan telah bertemu dengan Osama bin Laden. Thailand adalah tujuan utama atau Hawalah para kurir itu yang juga membawa ide-ide rencana serangan teroris dari pentolan JI yang berada di negara itu. "Ingat rencana Bom Bali pertama dibuat di Thailand setelah Muklas melarikan diri dari Malaysia. Tidak boleh juga dilupakan, Hambali juga ditangkap di Thailand." ujarnya. Selain menggunakan dana dari Al Qaeda, kelompok teroris di Indonesia juga mencari sumber dana dari hasil merampok, termasuk menjual voucher pulsa isi ulang dan terlibat dalam perdagangan narkotika, sementara sumber dana lainnya adalah melalui infak. (*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006