Jakarta (ANTARA) - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Bintang Puspayoga mengatakan perempuan dengan disabilitas harus menghadapi stigmatisasi dan diskriminasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan tanpa disabilitas.
"Perempuan penyandang disabilitas menghadapi stigmatisasi dan diskriminasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan tanpa disabilitas," kata Bintang dalam acara Parallel Session Inclusive Economic Growth to Build Resilience: Rural Women and Women with Disability pada W20 4th Plenary Event, yang diikuti di Jakarta, Rabu.
Women 20 (W20) merupakan salah satu engagement group pada Presidensi G20 Indonesia yang membentuk jaringan pemberdayaan perempuan untuk mendorong pengadopsian komitmen G20 dalam isu perempuan.
Pihaknya mengatakan perempuan dengan disabilitas sering terlihat tidak berdaya, padahal sebenarnya mereka memiliki kemampuan dan potensi diri yang sama seperti orang lain.
Dia menambahkan sebagian besar perempuan dengan disabilitas bekerja di sektor informal atau bahkan tidak memiliki pekerjaan.
"Perempuan ini juga terkonsentrasi di sektor pekerjaan informal atau tidak memiliki pekerjaan sama sekali," kata Bintang.
Padahal, menurutnya, perempuan yang berjumlah setengah dari penduduk Indonesia dan dunia merupakan sosok yang sangat berharga.
Oleh karena itu pihaknya berharap perempuan dapat menjadi agen perubahan untuk dunia yang lebih baik.
"Setiap wanita, apapun latar belakang dan karakteristiknya adalah agen perubahan untuk dunia yang lebih baik," katanya.
Dengan memberdayakan perempuan, baik yang berasal dari perkotaan atau pedesaan, termasuk perempuan penyandang disabilitas, maka diyakini ekonomi dunia akan menjadi semakin makmur.
"Ketika kita memberdayakan perempuan kita, baik itu perempuan di kota, perempuan di perdesaan, atau perempuan penyandang disabilitas, kita mempercepat pengentasan kemiskinan dan stabilitas ekonomi, menuju kemakmuran bagi semua," kata Menteri Bintang.
Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2022