Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar AS kembali melemah pada Kamis sore ditengah minimnya sentimen positif terutama dari Eropa yang ekonominya tengah bergolak.
Nilai tukar mata uang rupiah yang ditransaksi di pasar spot antarbank Jakarta bergerak melemah 10 poin ke posisi 9.160 per dolar AS setelah pada hari sebelumnya berada pada 9.150 per dolar AS.
Managing Research Indosurya Asset Management Reza Priyambada mengatakan, menjelang lelang obligasi Italia dan Spanyol pelaku pasar saham cenderung memegang dolar AS untuk mengantisipasi sentimen.
"Pelaku pasar tengah mengantisipasi kejadian buruk terhadap lelang obligasi negara Italia dan Spanyol, sehingga cenderung memegang dolar AS dibanding mata uang dunia lainnya," kata dia.
Ia mengemukakan, jika lelang obligasi kedua negara itu terserap diperkirakan pasar keuangan mendapat sentimen positif, namun jika sebaliknya maka mata uang dunia termasuk rupiah akan kembali tertekan.
Ia menambahkan, ada wacana lembaga pemeringkat Fitch akan menurunkan peringkat Hongaria dan Belgia, hal itu juga yang menjadi salah satu alasan pelaku pasar cenderung memegang dolar AS.
"Kabar negatif datang dari Fitch yang berencana menurunkan peringkat Hongaria dan Belgia, sementara jika Spanyol dan Italia obligasinya tidak terserap diperkirakan akan mendapatkan ancaman downgrade dari Fitch," kata dia.
Selain itu, lanjut Reza, pelaku pasar valas (valuta asing) mengharapkan acuan suku bunga bank Indonesia (BI rate) dapat turun, namun situasi yang diinginkan investor tidak sesuai sehingga nilai tukar rupiah kembali tertekan.
"Pelaku valas mengharapkan penurunan BI rate, namun nyatanya tetap, kondisi itu tidak sesuai yang diharapkan investor," ucap dia.
Meski demikian, ia memprediksi, nilai tukar rupiah pada pekan ini cenderung berada dalam area pelemahan meski terbatas dikarenakan BI menjaga mata uang dalam negeri tidak terkoreksi terlalu dalam terhadap dolar AS.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada, Kamis (12/1) tercatat mata uang rupiah bergerak melemah ke posisi 9.210 dibanding sebelumnya di posisi 9.200 per dolar AS.
(ANTARA)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2012