Taipei (ANTARA News) - Calon presiden dari independen James Soong mengatakan, dia maju mengikuti pemilihan presiden Taiwan pada Sabtu (14/1) karena ingin memberikan pilihan alternatif kepada rakyat yang menghendaki perubahan dan memprotes kepemimpinan tak cakap dan tak berpengalaman.

"Saya memutuskan untuk mengikuti pemilihan presiden karena saya merasa Ma tidak kompeten dan Tsai tak berpengalaman," kata Soong yang mendapat giliran pertama dalam jumpa pers internasional di Taipei, Rabu.

Dia menyebut nama dua saingannya tersebut dalam pemilihan presiden Taiwan 2012 yakni Ma Ying-jeou, presiden Taiwan yang terpilih pada 2008 dan berkampanye dengan dukungan Kuomintang (KMT) agar terpilih kembali untuk kurun waktu empat tahun ke depan dan Tsai Ing-wen, calon presiden dari Partai Progresif Demokratik (DPP).

Ma bersaing ketat melawan Tsai, sebagai ketua partai oposisi utama, adalah wanita pertama yang mencalonkan diri sebagai presiden Taiwan.

Gambar-gambar tiga calon presiden untuk pemilihan 2012 terpampang di jalan-jalan utama dan bus-bus kota tapi jumlahnya relatif sedikit.

Sejak terpilih sebagai presiden tahun 2008, Ma menjalin hubungan ekonomi erat dengan Republik Rakyat China (RRC), yang masih memandang Taiwan sebagai provinsinya.

Ma yang dicalonkan kembali oleh partai nasionalis Kuomintang pimpinannya dijadwalkan akan mengadakan jumpa pers serupa Rabu pagi, disusul Tsai.

"Mereka telah dicalonkan oleh masing-masing partainya karena mereka memang ketua partai, sedangkan saya maju karena mendapat dukungan mereka yang ingin masa depan taiwan lebih baik," kata Soong.

Soong (69), yang berpasangan dengan Lin Ruey-shiung, maju sebagai calon independen karena mengumpulkan tandatangan yang sah sesuai dengan peraturan sebanyak 445.864 dari yang dibutuhkan sebanyak 257.695 dan diserahkan kepada Komisi Pemilihan.

Soong adalah politisi senior yang pernah menjadi anggota KMT dan gubernur Provinsi Taiwan pada 1994-1998.

Setelah keluar dari KMT, dia menjadi ketua People's First Party (PFP) dan menjadi calon independen karena PFP tak memiliki cukup suara untuk mengikuti pemilihan presiden dan legislatif sesuai undang-undang yang berlaku.

Dalam jumpa pers itu, Soong menyampaikan visi dan misinya untuk membawa Taiwan yang pernah dipimpin presiden dari KMT, DPP dan KMT kembali.

"Saya ingin terpilih sebagai presiden karena ingin membentuk pemerintahan yang bertanggung jawab dan tanggap," katanya.

Dalam paparannya dan sesi tanya-jawab, dia juga menekankan keberlangsungan dan stabilitas hubungan antara Taiwan dan RRC jika terpilih nanti.

Sejumlah pengamat mengatakan Soong bisa meraih suara dari para anggota KMT dan DPP yang tidak puas dengan kepemimpinan Ma dan Tsai.

Soong keluar dari KMT untuk menjadi calon independen pada 2000 dan meraih 4,6 juta suara dari 12 juta pemilih. Ia hampir mengalahkan Chen Shui-bian dari DPP yang merebut 4,9 juta suara.

Namun pada pemilihan presiden 2012, Ma dan Tsai memiliki peluang untuk meraih suara lebih besar daripada Soong, kata mereka.

Soong mengatakan dia tak menampik untuk membentuk pemerintahan koalisi.

"Terus terang kami yang akan mengundang DPP untuk ikut koalisi," kata caalon independen itu, merujuk kepada tawaran Tsai untuk membentuk pemerintahan koalisi.

Soong mengaku dia memiliki cara pandang berbeda dengan DPP terkait identitas nasional dan hubungan Taiwan dan China yang dipisah oleh Selat Taiwan.


Lee dukung Tsai

Sementara itu mantan pemimpin Taiwan Lee Teng-hui pada Rabu memberikan dukungannya secara resmi bagi pencalonan Tsai yang dipandang dapat memelihara kedaulatan pulau itu untuk waktu lama.

"Seorang pemimpin hendaknya mundur kalau dia tak mampu bekerja dengan baik dan karena itu saya berseru--Ma mundur untuk menyelamatkan Taiwan," kata Lee dalam sepucuk surat dengan tulisan tangan yang disiarakan surat-surat kabar besar setempat.

Menurut dia, Taiwan memerlukan pemimpin yang bertanggung jawab, cakap, punya tekad kuat dan mau berkomunikasi dan peduli rakyat.

"Saya percaya Tsai dapat melakukan itu," kata Lee (88), mantan ketua KMT.

Ia mengecam Ma yang hanya peduli pada bisnis besar dan kurang perhatian pada perusahaan-perusahaan kecil, pekerja kerah biru dan petani ketika mempromiskan hubungan dagang lebih erat dengan China.

Para pengamat politik Taiwan yang berbicara dalam seminar menyampaikan berbagai skenario jika Ma terpilih kembali atau kalah dari Tsai dalam pemilihan presiden, dan juga pemilihan paraa anggota legislatif.

Tahun 2012, Taiwan menggabungkan pemilihan presiden dan anggota legislatif (Legislative Yuan) secara bersamaan waktunya.

Berdasarkan kenyataan di lapangan, mereka mengatakan perjalanan Ma untuk bisa terpilih kembali cukup berat dan Tsai yang berkampanye habis-habisan di wilayah bagian selatan Taiwan mempunyai peluang menarik para pemilih lebih banyak.

"Popularitas Ma menurun setelah bencana tahun 2008 dan tak pulih lagi," kata Joseph Wu Jau-shieh dari Institute of International Relations.

Dia juga mengatakan angka pengangguran yang bertambah dan distribusi pendapatan yang tak seimbang menjadi faktor yang turut menurunkan popularitas Ma.

Jika Tsai menang, kata Wu, dia dan DPP-nya harus banyak berurusan dengan China. Tetapi, jika Ma terpilih kembali, hubungan ekonomi Taiwan dan China tetap berjalan sesuai dengan kebijakan Ma.
(T.M016/Z002)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2012