Jakarta (ANTARA) - Sebelum melanjutkan persiapannya di lapang rumput, Andy Murray, Senin, menghitung prestasi terbaru Rafael Nadal di lapangan tanah liat.
Petenis Spanyol berusia 36 tahun itu, Minggu, mengalahkan petenis Norwegia Casper Ruud 6-3, 6-3, 6-0 dalam final di Roland Garros untuk memperpanjang dua rekor, bukan hanya gelar Grand Slam ke-22, tetapi juga French Open ke-14.
"Memenangi 14 Grand Slam di tempat yang sama adalah luar biasa," kata Murray di Stuttgart, dikutip dari AFP.
"Hampir tidak ada petenis di Tour yang akan mendapatkan kesempatan bermain Roland Garros 14 kali, apalagi memenanginya."
Baca juga: Pembuktian Rafael Nadal, juara yang rendah hati dengan tekad tinggi
Nadal memenangi gelar French Open pertamanya pada 2005. Dalam 17 musim sejak saat itu, dia hanya kalah tiga kali di Roland Garros dan harus absen sekali karena cedera pergelangan tangan.
Murray menggunakan petenis fenomenal saat ini, rekan senegara Nadal, Carlos Alcaraz, sebagai perbandingan.
"Alcaraz sekarang berusia 19 tahun, jadi dia harus memenanginya setiap saat (sampai usia 33 tahun) untuk mencapai itu. Saya tidak melihat itu terjadi."
Murray, yang mencapai final Roland Garros pada 2016, juga terkesan dengan Iga Swiatek, yang memperpanjang rekor kemenangan tunggalnya menjadi 35 pertandingan saat dia memenangi final putri.
"Itu pencapaian luar biasa untuk Rafa - dan Iga Swiatek," kata Murray.
Petenis Skotlandia itu melakukan debutnya di ajang ATP di Stuttgart setelah pindah ke lapangan rumput pekan lalu di ajang level Challenger di Surbiton, London, di mana dia mencapai semifinal sebelum kalah dari petenis Amerika Denis Kudla.
Mantan peringkat satu dunia, yang berada di peringkat ke-68, itu akan turun ke lapangan rumput Weissenhof Club, Selasa, ketika dia menghadapi petenis kualifikasi Christopher O'Connell dari Australia.
"Saya mengalahkannya dalam pertandingan yang sangat ketat di Dubai, itu akan sulit," kata Murray.
Baca juga: Reaksi dunia tenis terhadap sukses Swiatek juarai French Open
Pria berusia 35 tahun, yang selamat dari penembakan massal di sekolah dasar di Dunblane, Skotlandia, ketika dia berusia sembilan tahun, itu kembali berbicara tentang kekerasan senjata ketika penembakan massal kembali melanda AS pada Sabtu malam dan Minggu pagi.
"(Ketika) itu terjadi, kami mengubah undang-undang senjata dan tidak ada lagi penembakan massal di Inggris.
"Ada lebih dari 200 penembakan massal di AS tahun ini. Mereka mungkin harus melakukan sesuatu untuk mengubah budaya itu."
Murray mengatakan bahwa meskipun dia ingin bermain ganda dengan juara US Open asal Inggris Emma Raducanu di Wimbledon, kemungkinannya tidak akan terjadi kecuali dia menderita kekalahan di nomor tunggal awal.
"Penggemar tenis Inggris akan menikmati itu, tetapi saya tidak tahu apakah itu akan terjadi.
"Hanya jika tunggal tidak berhasil. Cukup sulit bagi saya untuk bermain tunggal sekarang," kata Murray, yang dilanda masalah cedera dalam beberapa tahun terakhir, terutama pada pinggulnya.
Baca juga: Swiatek perpanjang keunggulan peringkat WTA
Murray akan memainkan ajang yang ke-45 di lapangan rumput tetapi baru kedua kalinya di lapangan di luar Inggris.
Dia mengatakan rumput Stuttgart - awalnya dikuratori oleh para ahli Wimbledon sebelum edisi pertama tahun 2015 - berbeda dari pekan lalu di Surbiton.
"Itu lapangan jadul, pantulan lebih rendah, sangat cepat. Tapi itu awal yang bagus, semoga saya bisa melanjutkannya di sini."
Baca juga: Ruud merasa "dimakan hidup-hidup" oleh Nadal di Roland Garros
Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Copyright © ANTARA 2022