Jakarta (ANTARA) -
Dalam sidang promosi doktor tersebut, Megawati menjelaskan latar belakang sehingga dia bisa menjadi penguji disertasi Hasto yang berjudul "Diskursus Pemikiran Geopolitik Soekarno dan Relevansinya terhadap Pertahanan Negara".
"Karena saya Ketua Umum Partai (PDI Perjuangan), Hasto adalah Sekjen, jadi kami sering berdiskusi; dan tentunya kepada anak-anak muda, saya coba mengalirkan dari cara pikir Bung Karno, karena kami mendirikan partai sebagai alat perjuangan politik, tentunya harus punya dasar. Jadi, saya bilang pada Hasto 'kamu mesti mengerti cara berpikirnya Bung Karno'," kata Megawati di Sentul, Bogor, Senin.
Megawati juga mengaku, menjelang sidang promosi doktor terbuka itu, Hasto berkali-kali meminta bocoran pertanyaan yang akan disampaikan dia sebagai penguji. Megawati pun meminta Hasto untuk tidak terlalu tegang menghadapi sidang promosi doktor tersebut.
"Hasto tanya ke saya 'Bu, nanti pertanyaannya apa?' Lho, kok kamu nanya? Itu namanya kolusi," kata Megawati dengan disambut tawa hadirin yang diundang ke sidang promosi itu.
Dia juga mengaku memberi waktu secara leluasa kepada Hasto untuk menyiapkan diri menjelang sidang terbuka. Selama menyelesaikan studi doktor, putri Presiden pertama RI Soekarno itu mengaku tidak terlalu memaksa Hasto bekerja keras dalam mengurusi partai, sehingga ujian doktoral itu segera selesai.
"Jadi, Pak Hasto, saya kira ini gampang ya, tapi nggak tahu susah apa ndak jawabnya. Kasihan dia (Hasto), udah makin banyak ubannya," kata Megawati sambil bercanda.
Baca juga: Hasto: Pemikiran geopolitik Soekarno pengaruhi pembebasan Irian Barat
Megawati lalu menyebutkan kondisi saat ini dimana mayoritas masyarakat masih enggan memberikan respons wajar bila menyangkut Bung Karno.
"Mau nyebut Bung Karno aja takut, aneh. Itu menurut saya aneh," katanya.
Bung Karno pernah berpidato di PBB berjudul To Build The World A New, yang masih relevan dalam situasi dunia yang terus berganti dari masa ke masa.
Situasi konflik Rusia-Ukraina saat ini, lanjut Megawati, juga mendapatkan framing oleh pemilik teknologi dan media massa. Ketegangan kedua negara itu menambah daftar ketegangan lain, seperti di Semenanjung Korea, Suriah, Libya, Iran, hingga Palestina, menurut dia.
Dengan latar belakang pidato Soekarno di PBB itu, Megawati lalu menanyakan bagaimana teori geopolitik Soekarno bisa menjadi solusi alternatif di tengah masalah dunia itu.
"Pertanyaan saya, itu yang saya katakan gampang saja, bagaimana teori geopolitik Bung Karno bisa menjadi solusi alternatif untuk geopolitik pada masa ini? Coba rekomendasi apa yang diusulkan promovendus?" tanya Megawati.
Hasto kemudian menjawab dengan menjelaskan bahwa semangat kebersamaan didorong Bung Karno lewat pidatonya di PBB ialah membangun solidaritas demi memerdekakan diri, karena saat itu banyak negara di Asia dan Afrika menjadi negara terjajah.
Pidato Bung Karno itu juga mendorong agar bangsa-bangsa di dunia dapat hidup damai. Selain itu, lanjut Hasto, di tengah sistem internasional yang anarkis, PBB harus direformasi sehingga dunia bebas dari segala bentuk penjajahan.
"Teori geopolitik Bung Karno tersebut senantiasa relevan. Di dalam perspektif geopolitik Soekarno, kebijakan luar negeri dan kebijakan pertahanan harus ada dalam satu kesatuan," jelas Hasto.
Baca juga: Hasto usulkan Kemhan bangun pertahanan berdasarkan geopolitik Soekarno
Masalahnya, katanya, spirit imajinasi geopolitik Soekarno saat ini nampak luntur. Sehingga, perlu upaya agar seluruh konstruksi pemikiran geopolitik Soekarno menjadi landasan kebijakan luar negeri dan pertahanan negara, tambahnya.
"Agar kita mampu menggunakan instrumen national power dalam tujuh variabel Bung Karno itu demi memperjuangkan kepentingan Indonesia," katanya.
Terhadap persoalan di Timur Tengah, Semenanjung Korea, dan Afganistan, Hasto mengatakan partisipasi aktif Indonesia dalam mewujudkan perdamaian di konflik negara-negara tersebut luntur pasca-Soekarno. Menruut Hasto, Indonesia lebih banyak terlibat dalam lingkup kawasan Asia Tenggara.
"Seharusnya, kita bergerak aktif membela negara-negara yang diperlakukan tidak adil," tukasnya.
Dalam pidato To Buid The World A New, Bung Karno sudah mengatakan masa depan dunia tidak bisa ditentukan dengan negara yang punya hak veto. Lebih dari 190 negara menjadi anggota PBB, katanya, sehingga seharusnya tidak boleh dikalahkan oleh lima negara yang punya hak veto.
"Karena itu, geopolitik Soekarno sangat relevan dan menjadi dasar dari kebijakan pertahanan dan luar negeri kita," tegasnya.
Selain Megawati, sejumlah profesor juga menjadi penguji, yakni Prof. Dr. Jenderal Pol (Purn) Budi Gunawan selaku penguji eksternal 1, Jenderal Pol (Purn) Prof. Muhammad Tito Karnavian, M.A., Ph.D. selaku penguji eksternal 2, Prof Dr. Komarudin sebagai penguji eksternal 3, Prof. Evi Fitriani, M.A, PhD., yang juga Guru Besar Hubungan Internasional Universitas Indonesia selaku penguji eksternal 4, dan Prof. Dr. S. Pantja Djati, S.E., M.Si., M.A, Guru Besar Universitas Trisakti selaku penguji eksternal 5.
Baca juga: Hasto: Asia Pasifik jadi pivot pertarungan geopolitik
Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Fransiska Ninditya
Copyright © ANTARA 2022