Jakarta (ANTARA News) - Sistem logistik nasional yang diwarnai dengan belum memadainya sarana dan prasarana terkait infrastruktur di Indonesia dinilai masih belum efektif dalam melindungi optimalisasi distribusi produk-produk lokal.
"Sistem logistik belum mampu secara efektif melindungi produk-produk dalam negeri untuk bisa bersaing dengan produk impor," kata Guru Besar Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya bidang "Supply Chain Engineering", Prof I Nyoman Pujawan, Rabu.
Menurut Nyoman, kurang memadainya infrastruktur transportasi yang menghubungkan daerah penghasil pertanian/perkebunan/perikanan dengan tempat pengolahan atau pusat konsumsi mengakibatkan biaya logistik tinggi.
Selain itu, lanjutnya, biaya angkutan antarpulau dinilai juga masih jauh di atas biaya angkutan impor dari negara lain.
Ia mencontohkan, beban biaya pengapalan kontainer sebesar 40 kaki dari Padang ke Jakarta adalah sekitar 600 dolar AS, sedangkan beban biaya transportasi jenis kontainer yang sama dari Jakarta ke Singapura hanya dibebani 185 dolar AS.
Ia juga mengemukakan, ketersediaan perusahaan penyediaan jasa pengiriman logistik juga dinilai masih terbatas karena didominasi oleh pemain global dan jaringannya belum menyentuh semua wilayah di Indonesia.
Selain itu, ujar dia, infrastruktur juga masih belum memadai antara lain dalam hal fasilitas penyimpanan, fasilitas pengangkutan, dan fasilitas pengepakan.
Sedangkan mengenai hubungan hulu dan hilir yang penting dalam jalur distribusi, ia menyebutkan bahwa rantai pasok produk-produk perikanan dan pertanian kerap diwarnai oleh hubungan yang tidak seimbang seperti kekuatan yang tidak berimbang dan manfaat distribusi yang terkonsentrasi pada pemain tertentu.
"Pemain hulu tidak memiliki kemampuan untuk menciptakan kestabilan harga, kualitas, dan jumlah pasokan," kata Nyoman yang meraih gelar doktoral dari Lancaster University, Inggris.
Ia juga mengatakan, dalam hal SDM logistik masih banyak profesional logistik yang tidak memiliki latar belakang pendidikan logistik dan di saat yang bersamaan hanya sedikit pendidikan tinggi yang menawarkan program pendidikan dan pelatihan logistik.
Nyoman juga menyorot masih sangat sedikitnya tenaga SDM Logistik yang memiliki sertifikat profesional.
(M040)
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2012