Jakarta (ANTARA News) - Dua korban meninggal kecelakaan KRL 531 jurusan Bogor-Jakarta tidak dapat memperoleh santunan dari asuransi karena keduanya tidak memiliki tiket saat menumpang KRL tersebut. "Keduanya tidak memiliki tiket, jadi tidak memiliki asuransi kecelakaan sehingga tidak bisa mendapat santunan," kata Humas PT Kereta Api Daerah Operasi I Jakarta Ahmad Sujadi ketika dihubungi ANTARA di Jakarta, Sabtu malam. Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa kepastian para korban tersebut tidak memiliki tiket setelah pada sekitar pukul 14.00 WIB Kepala Daerah Operasi I PT KA Jakarta Yudarso Yudiono mengunjungi para korban kecelakaan yang dibawa ke RS Cipto Mangunkusumo. Peristiwa yang terjadi di dekat Stasiun Gondangdia pada pukul 09.13 WIB tersebut berlangsung ketika KRL 531 itu sedang melaju untuk masuk ke arah Stasiun Gondangdia, sembilan penumpang itu duduk di atap gerbong. Namun tiba-tiba mereka melihat kabel listrik di atas lintasan itu melengkung ke bawah akibat ada gangguan di salah satu "pantograph". Delapan orang penumpang spontan melompat dari atas gerbong, namun seorang penumpang tidak sempat melompat dan langsung tersengat kabel listrik, korban terjatuh dalam kondisi gosong. Kabel listrik KRL itu tidak putus namun merendah karena salah satu patographnya mengalami gangguan. Akibat kejadian tersebut, arus lalu lintas KA hanya menggunakan satu jalur, dan baru normal kembali pukul 12.15 WIB setelah dilakukan perbaikan. Korban yang tewas seketika adalah M Heri Sucipto (26) sementara korban yang kemudian meninggal setelah mendapat perawatan di RSCM adalah Dedi Junaedi. Rapat Khusus Setelah dua hari berturut-turut terjadi kecelakaan yang menimpa penumpang KRL yang duduk di atap kereta dan mengakibatkan jatuhnya sejumlah korban, direncanakan pada Sabtu (4/3) sekitar pukul 20.00 WIB jajaran Direksi PT KA, jajaran PT KA Daops I Jakarta akan melakukan rapat dengan Direktur Perkeretaapian Dirjen Perhubungan Darat, Sumino Eko Saputro. "Rapat yang akan dipimpin oleh Pak Sumino itu akan membicarakan langkah-langkah yang akan diambil untuk mencegah penumpang KRL naik ke atap," kata Ahmad Sujadi. Ia menambahkan pihaknya akan memberikan sejumlah masukan antara lain menggunakan konsep pendekatan komunikatif agar para penumpang kereta terutama KRL tidak lagi duduk di atap gerbong. "Mungkin bisa saja kita usulkan nanti dalam rapat ada semacam buletin yang dibagikan kepada penumpang yang duduk di atap, isi buletin itu tentang imbauan dan juga mungkin foto-foto kecelakaan akibat berada di atap kereta selama perjalanan," katanya. Bahkan, masih menurutnya, juga akan diusulkan untuk mengadakan razia atau semacam penangkapan terhadap para penumpang yang berada di atap dan kemudian didata. "Bisa saja kita data yang isinya tentang pekerjaan mereka dan alasan kenapa naik di atap bukannya seperti penumpang yang normal berada di dalam gerbong. Bahan itu bisa dijadikan masukan untuk langkah dari PT KA agar penumpang tidak lagi naik ke atap," katanya. Sujadi mengakui sangat sulit untuk mencegah dan memberi pengertian akan bahaya duduk di atap kereta saat dalam perjalanan. "Tadi sore saja sekitar pukul 16.00 WIB petugas PT KA di Manggarai harus kembali mengingatkan pada penumpang, karena sudah banyak lagi yang duduk di atap," tuturnya.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006