Jakarta (ANTARA) - Bagi Albert Ellis, seorang psikolog Amerika Serikat, ada tiga kepastian dalam hidup— kematian, pajak, dan wanita. Namun ada satu hal lainnya yang pasti, yakni Rafael Nadal menjuarai French Open.
Petenis Spanyol itu meraih gelar ke-14 di Roland Garros setelah memenangi pertarungan tiga set atas petenis Norwegia Casper Ruud 6-3, 6-3, 6-0, Minggu, untuk menambah koleksi rekor Grand Slam-nya menjadi 22 gelar.
Dengan hasil itu, Nadal (36) yang merupakan juara tertua di French Open tersebut memperpanjang rekor kemenangannya menjadi 112 menang dan hanya tiga kekalahan, 17 tahun berlalu sejak ia mengangkat trofi pertama dalam debutnya di Paris pada 2005 silam.
“Dia adalah juara yang hebat, rendah hati. Dia adalah atlet terbaik yang pernah saya lihat dari olahraga apa pun,” kata legenda tenis John McEnroe pada Januari lalu ketika Nadal menjuarai Australian Open, seperti dikutip AFP.
Namun Nadal tidak pernah memuji dirinya sendiri seperti itu.
Baca juga: Nadal kalahkan Ruud untuk klaim titel ke-14 French Open
Nadal yang senang memancing dan bermain golf di Manacor itu mungkin akan sangat kejam di lapangan tenis, tetapi dia sangat rendah hati di luar lapangan.
“Saya memiliki keraguan setiap hari, tetapi itu hal yang bagus karena membuat saya bekerja keras dengan lebih banyak intensitas,” kata Nadal, yang karier tenisnya terus menerus dihantui cedera lutut, pergelangan tangan dan kaki.
“Hidup tidak pernah jelas. Jika Anda tidak memiliki rasa ragu maka Anda termasuk orang yang sombong. Dan saya bukan orang yang arogan,” ujarnya.
Kesederhanaan dan kesantunan itulah yang membuat Nadal disukai oleh banyak penggemarnya, seperti halnya dia menghormati lawan-lawannya.
Baca juga: Ruud merasa "dimakan hidup-hidup" oleh Nadal di Roland Garros
(Selanjutnya: Menghormati lawan)
Editor: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Copyright © ANTARA 2022