bibit yang diserahkan ini adalah hasil perbanyakan sambung mini

Padang (ANTARA) - Universitas Andalas (Unand) mengambil langkah konkret membagikan bibit durian kepada petani di Padang sebagai tindak lanjut kesuksesan menggelar kontes atau lomba durian pada 2021.

"Kontes bertujuan untuk mengenalkan potensi durian unggul dari suatu wilayah. Tetapi kontes tidak hanya berhenti sampai didapatkan pemenang, tetapi ditindaklanjuti dengan memperbanyak tanaman durian unggul tersebut untuk diserahkan pada petani,” kata Dosen Fakultas Pertanian Unand Dr. PK Dewi Hayati di Padang, Minggu.

Ia mengatakan hal tersebut saat penyerahan bibit durian juara kontes kepada pekebun durian Batu Busuk, Kecamatan Pauh, Padang, Minggu. Bibit diterima oleh ketua RW III Batu Busuk, Anwar Z.

Bibit yang diserahkan merupakan bibit durian hasil sambung, yaitu Rajo dan Malin juara kontes durian yang diadakan oleh Balai Penelitian Tanaman Buah (Balitbu) Tropika Solok tahun 2019, dan durian Aisyah dan Sangkiang juara kontes durian se-kota Padang yang diadakan oleh Universitas Andalas pada 2021.

"Bibit yang diserahkan ini adalah hasil perbanyakan sambung mini," ujarnya.

Baca juga: Di Pesisir Selatan ada paket wisata seputar durian

Baca juga: Pohon durian di Nagari Sungayang diserang penyakit aneh

Salah seorang pekebun, Syafii mengatakan sebagian besar pekebun anggota Kelompok Tani (Poktan) Patamuan Jaya yang ikut serta dalam kegiatan pembibitan durian yang diadakan oleh Unand bekerja sama dengan Balitbu dari tahun 2019 sudah mampu melakukan penyambungan durian.

Ia menyebut durian pemenang kontes lebih susah disambung dibandingkan menggunakan entres yang didatangkan dari Balitbu.

“Biasanya kalau entres dari Balitbu, tingkat keberhasilan kami bisa 80-90%, sedangkan durian kontes kemarin hanya 10-20%," katanya.

Oleh karena itu ia sangat senang bibit durian yang berhasil bisa dibagikan kepada pekebun.

Sulitnya penyambungan diakui oleh Dr. Dewi yang merupakan pendamping kegiatan dari LPPM Unand. Ia mengatakan respon fisiologis entres dari tanaman yang dibudidayakan memang jauh lebih baik dibandingkan dengan tanaman durian alam yang sudah tua, tidak dirawat, bahkan hampir mati.

Baca juga: Pemkab Lamandau gelar kontes durian lokal untuk dapatkan bibit unggul

Baca juga: Durian Babel disebut memiliki citra rasa terbaik di dunia

Sebelumnya bibit hasil sambung dari pemenang kontes tahun 2019 sudah diserahkan kepada Dinas Pertanian kota Padang pada saat kontes durian tahun lalu dan ke kebun koleksi durian Balitbu melalui Dr. Panca Jarot Santoso.

Pada kesempatan terpisah Dr. Jarot dari Balitbu Solok menyarankan agar bibit hasil sambung yang sudah jadi ini dipelihara dengan baik sehingga menjadi duplikat dari tanaman aslinya. Selanjutnya ke depan, tanaman hasil sambung dapat digunakan sebagai sumber entres untuk memperbanyak durian unggul.

Kegiatan ditutup dengan mengunjungi tanaman durian hasil sambung. Mawi, salah seorang pekebun membawa tim ke kebun durian yang berlokasi di Bukit Tindawan dan menunjukkan tanaman durian hasil sambung asal Balitbu umur 5 tahun yang sedang berbunga.

Berbunganya tanaman durian hasil sambung milik Alm Idris Rajo Bujang ini menjadi kabar menggembirakan bagi pekebun durian di Batu Busuk. Jika biasanya durian alam yang berasal dari biji membutuhkan lebih dari 10 tahun, bahkan 15 tahun untuk berbuah, durian hasil sambung bisa berbunga dan berbuah pada umur 5 tahun.

Tentu saja pemeliharaan seperti pemberian naungan saat tanaman masih kecil dan pemberian pupuk menjadi keharusan.

Sayangnya pekebun masih ada yang malas melakukan sebagaimana diakui oleh Anwar yang juga Ketua Poktan Patamuan Jaya. Anwar menyadari bahwa perlu waktu untuk berubah dari sistem berkebun tradisional yang minim pemeliharaan menjadi sistem berkebun durian yang intensif/semi intensif agar mendapatkan hasil dan kualitas buah durian yang lebih baik.

LPPM Universitas Andalas sangat mendukung kegiatan pendampingan masyarakat di Batu Busuk, termasuk kegiatan pengembangan durian setiap tahunnya, baik melalui skim membantu usaha berkembang maupun skim penugasan.

Pewarta: Miko Elfisha
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2022