Padang, (ANTARA News) - Sebanyak 75 persen terumbu karang di sepanjang pantai Provinsi Sumbar rusak berat akibat kebiasaan masyarakat mengambil terumbu karang sebagai bahan bangunan, souvenir dan pengeboman ikan oleh nelayan, mengakibatkan rantai makanan makhluk hidup di laut terancam putus.
"Ancaman itu terjadi karena keberadaan terumbu karang penting sebagai pelindung pantai pada daratan pulau-pulau kecil dari gempuran ombak dan arus yang kuat, sekaligus tempat berkembangbiaknya habitat laut," kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sumbar, Ir. Surya Dharma Sabirin, di Padang, Sabtu (4/3).
Menurut dia, kerusakan terumbu karang hampir merata pada tiap pulau kecil di daerah itu, dan yang paling parah adalah kerusakan terumbu karang di Pulau Panjang Kabupaten Pasaman yang hampir mencapai 80 persen.
Ia menyebutkan, masyarakat Kepulauan Mentawai banyak menggunakan terumbu karang sebagai bahan bangunan, sekaligus merupakan penyebab rusaknya terumbu karang di kawasan kepulauan itu.
"Kerusakan terumbu karang juga diakibatkan aktivitas kapal yang sering menjatuhkan jangkar di kawasan terumbu," katanya.
Ia menyebutkan, pengeboman ikan dan penggunaan bahan kimia pada proses penangkapan ikan juga menjadi penyebab utama kerusakan terumbu karang.
Surya Dharma menjelaskan, pihaknya terus menggencarkan program "transplantasi karang" atau penanaman terumbu karang pada kawasan yang telah rusak.
"Uji coba penanaman kembali terumbu karang telah dilakukan diantaranya di Pulau Pasumpahan Bungus Kota Padang," katanya dan menambahkan terumbu karang di pulau itu tercatat mengalami kerusakan yang cukup parah.
Ia menambahkan, sejumlah sosialisasi pada masyarakat tentang pentingnya menjaga kelestarian terumbu karang bagi kelansungan hidup habitat laut terus digencarkan untuk menekan kerusakan terhadap terumbu karang.(*)
Copyright © ANTARA 2006