Kami sudah biasa jika cuaca buruk mengutang ke juragan pemilik perahu dan dibayar nanti setelah tangkapan normal
Lebak (ANTARA) - Sejumlah nelayan tradisional pesisir selatan Lebak Provinsi Banten sudah dua pekan terakhir tidak melaut akibat cuaca buruk yang melanda perairan Samudera Hindia.
"Kami bersama nelayan di sini memilih tidak melaut," kata Abdul (50 ) seorang nelayan tradisional di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Tanjung Panto Wanasalam Kabupaten Lebak, Sabtu.
Nelayan tradisional memilih tidak melaut karena cukup membahayakan keselamatan jiwa sementara tangkapan ikan sangat minim.
Baca juga: Usai longsor, ruas jalan Lebak-Sukabumi sudah bisa dilalui kendaraan
Saat ini, kata dia, gelombang pesisir selatan Lebak yang berhadapan dengan perairan Samudera Hindia mencapai empat meter karena angin kencang.
"Jika dipaksakan bisa menimbulkan kecelakaan laut," katanya.
Begitu juga Acun (55) nelayan Binuangeun Kabupaten Lebak mengaku bahwa dirinya tidak berani melaut akibat gelombang tinggi disertai angin kencang dan hujan sehingga dapat menimbulkan kecelakaan laut.
Baca juga: BPBD Lebak catat 90 rumah rusak akibat angin puting beliung
Selama tidak melaut, untuk mencukupi kebutuhan dapur nelayan mengandalkan pinjaman atau utang.
"Kami sudah biasa jika cuaca buruk mengutang ke juragan pemilik perahu dan dibayar nanti setelah tangkapan normal," ujar dia.
Baca juga: Hujan lebat disertai angin kencang robohkan rumah warga Lebak
Selama ini, kata dia, nelayan tradisional sudah biasa tidak melaut jika terjadi cuaca buruk di perairan Samudera Hindia.
Jika gelombang di atas 2,5 meter disertai angin kencang dipastikan populasi ikan juga berkurang dan nelayan bisa rugi karena jumlah tangkapan sedikit.
Setiap kali melaut nelayan sedikitnya mengeluarkan biaya bahan bakar, rokok, kopi dan makanan sekitar Rp 500 ribu.
Nelayan tradisional berangkat melaut sekitar pukul 16.00 WIB sore dan kembali ke TPI Binuangeun sekitar pukul 09.00 WIB.
Baca juga: Rangkasbitung-Banten dilanda hujan lebat disertai angin kencang
Pewarta: Mansyur suryana
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2022