Manila (ANTARA News) - Presiden Pilipina Gloria-Macapagal Arroyo hari Jumat mencabut undang-undang darurat yang diterapkannya pekan lalu guna menangkal persekongkolan berbagai unsur penentang untuk menumbangkannya.
Saat berpidato disiarkan ke seluruh negeri, Arroyo menyatakan ancaman kudeta sudah diatasi, tapi ia berjanji terus menumpas tentara petualang yang bertujuan menggoyahkan kepresidenannya.
"Sesudah sepekan, saya senang melaporkan bahwa kami telah membongkar upaya perusakan. Sekarang waktunya kembali ke kewajaran pemerintahan," katanya seperti disiarkan kantor-kantor berita asing.
"Saya percaya bahwa ketertiban sudah kembali, oleh karena itu berdasarkan atas kekuasaan, yang dilekatkan pada saya oleh undang-undang dasar, saya nyatakan bahwa mulai saat ini, keadaan darurat tidak berlaku lagi," katanya.
Arroyo menyatakan negara dal keadaan darurat pada 24 Februari sesudah tentara menyatakan menggagalkan rencana melibatkan serdadu resah, pemberontak komunis dan tokoh penentang untuk menggulingkannya.
"Sangat penting bagi penentang politik kami dan pencuri kesempatan berhenti merusak perekonomian dan mempermalukan Pilipina dengan omong kosong mereka," kata Arroyo.
"Bangsa ini lebih kuat daripada sebelumnya, karena tanggapan cepat kami atas tantangan itu. Saya tidak akan menenggang jenis petualangan seperti itu," katanya.
"Tidak peduli berapa kali, saya akan bertindak dengan kecepatan dan ketegaran setiap kali musuh kita merusak bangsa dan perekonomian kita," demikian Arroyo.
Undang-undang darurat delapan hari itu melancarkan jalan bagi pemerintah memperkarakan sedikit-dikitnya 51 tokoh penentang, tentara dan polisi dengan tuduhan bersekongkol menggulingkan Arroyo. Polisi juga mengambil-alih kegiatan suratkabar pendukung penentang.
Arroyo mencabut keadaan darurat, kendati dua ledakan menguncang loka niaga kota Pasig di pinggiran Manila, ibukota Pilipina.
Jurubicara kepolisian nasional Samuel menyatakan tingkat siaga diturunkan dari penuh menjadi tinggi, tapi keamanan di sekitar sarana penting, seperti, istana presiden di Manila, tetap ketat.
Pejabat tinggi intelijen tentara hari Kamis memperingatkan kemungkinan usaha kudeta lagi setelah muncul kabar tentang keresahan terus terjadi di kalangan Marinir menyangkut pemecatan komandan mereka sehubungan dengan persekongkolan kudeta itu.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006