Yogyakarta (ANTARA News) - Sebanyak 15 baju batik Semarangan karya perancang busana Ferry Setiawan ditampilkan dalam pameran busana di Museum Lounge The Phoenix Hotel Yogyakarta.

"Koleksi rancangan saya itu dipajang selama Januari 2012 untuk mengenalkan berbagai motif batik semarangan, dan menghilangkan konsepsi batik yang kuno serta sejajar dengan kain-kain lainnya," kata Ferry di Yogyakarta, Sabtu.

Menurut dia, baju-baju siap pakai rancangannya tersebut dibuat dengan simpel, "glamour", dan seksi dengan tetap menggunakan kain batik dan kain tradisional lainnya seperti lurik.

"Kedua kain tradisional itu dipadu-padankan dengan permainan bulu, siffon, renda, manik-manik, dan batu-batuan alam," kata desainer muda dari Semarang itu.

Ia mengatakan dirinya mengemban misi untuk mengenalkan dan memopulerkan batik semarangan ke berbagai daerah, khususnya Yogyakarta yang juga memiliki beraneka motif batik.

Batik semarangan, kata dia, lebih berani dengan warna yang dominan merah, hitam, dan biru dengan konsep "lawasan" atau batik "lawas" bermotif Gambang Semarangan, Lawang Sewu, dan Tugu Muda.

"Selain itu, juga bermotif bangunan-bangunan `heritage` lainnya yang ada di seputaran Semarang," kata Ferry yang mempunyai rumah mode berlabel "Bajoekoe" di Semarang.

Menurut dia, dirinya ingin mengangat warisan leluhur dengan mensejajarkan kain batik terutama batik semarangan, yang mungkin belum banyak diketahui orang, dengan kain-kain lainnya.

"Kini dengan rancangan yang simpel, batik semarangan atau `lawasan` dapat dipakai dalam berbagai kesempatan baik remaja hingga wanita dewasa," katanya.

Selain menampilkan rancangan batik semarangan, dalam pameran itu Ferry juga menghadirkan kebaya modifikasi timur dan internasional dengan menggunakan brokat yang dipadu-padankan dengan kain Sidomukti dari Yogyakarta.

Kebaya khusus untuk pengantin wanita itu, menurut dia, dibuat dengan ekor tetapi masih menerapkan unsur modern yang dipadukan dengan bolero bulu angsa yang menambah kesan "glamour".

"Ada juga rancangan kebaya yang menggunakan batu giok yang tetap mengedepankan unsur kebaya tradisional dibalut modernitas," kata Ferry.

(L.B015*H010/M008)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2012