New York (ANTARA) - Lebih dari 20 staf Afro-Amerika di Gedung Putih tercatat mengundurkan diri dari pemerintahan Joe Biden sejak akhir tahun lalu.
Menurut laporan Politico di New York pada Selasa (31/5), eksodus itu dijuluki oleh sebagian orang sebagai "Blaxit".
Beberapa staf mengundurkan diri secara baik-baik untuk mengejar karier tambahan atau peluang pendidikan, sementara sejumlah staf lain mengundurkan diri dengan alasan kurangnya bimbingan dan kesempatan.
"Kami ada di sini dan kami melakukan banyak pekerjaan, tetapi kami bukan pembuat keputusan dan tidak ada jalan nyata untuk dapat menjadi pembuat keputusan," kata salah satu staf yang saat ini bekerja di Gedung Putih kepada portal berita tersebut.
Menurut dia tidak ada umpan balik yang nyata dan tidak ada jalur yang jelas untuk jenis promosi apa pun.
Sejak awal, mereka merekrut banyak orang kulit hitam secara umum tanpa pernah membangun infrastruktur untuk mempertahankan mereka atau membantu mereka menjadi sukses, kata pejabat lain yang bekerja di Gedung Putih.
"Jika tidak ada infrastruktur yang jelas tentang bagaimana menjadi sukses, maka di tempat itu anda menjadi sama tidak terlihatnya seperti anda tidak berada di tempat tersebut."
Beberapa orang tidak memiliki pengalaman terbaik dan banyak dari mereka harus menghadapi kematian kepemimpinan dari orang kulit hitam, kata seorang mantan pejabat.
"Pikirkan tentang tempat kerja mana pun. Orang kulit hitam membutuhkan seseorang untuk dijadikan panutan, untuk menyusun strategi, juga menjadi mentor, dan kami tidak memiliki banyak orang yang bisa menjadi mentor bagi kami," kata dia.
Penerjemah: Xinhua
Editor: Bayu Prasetyo
Copyright © ANTARA 2022