Baghdad (ANTARA News) - Empat ledakan bom terutama di daerah-daerah Muslim Syiah di Baghdad menewaskan sedikitnya 25 orang dan melukai puluhan orang lainnya pada Kamis, kata sumber-sumber polisi dan rumah sakit.
Ketakutan makin meningkat berkaitan dengan berkobarnya perselisihan sektarian setelah Perdana Menteri Syiah Nuri al-Maliki meminta penggantian dua politisi senior Sunni pada saat pasukan Amerika Serikat mundur dari Irak.
Perselisihan itu merupakan krisis politik terburuk dalam setahun terakhir.
Di bagian baratlaut Baghdad, Kabupaten Kadhimiya, dua bom mobil menewaskan sedikitnya 15 orang dan melukai 32 lainnya, kata sumber-sumber.
Dua bom, satu disembunyikan di sepeda motor yang diparkir dan yang lain diletakkan di pinggir jalan, menewaskan sedikitnya 10 orang dan 37 lainnya terluka di Kabupaten Sadr di Baghdad timur laut yang miskin, kata mereka.
"Ada sekelompok buruh harian berkumpul, menunggu disewa untuk bekerja. Seseorang membawa sepeda motor kecil dan diparkir di dekatnya. Beberapa menit kemudian meledak, menewaskan beberapa orang, melukai sejumlah orang lain dan membakar beberapa mobil," kata seorang perwira polisi yang menolak disebutkan namanya.
Seorang wartawan Reuters mengatakan, ada noda darah di sekitar lokasi serangan bom sepeda motor dan aspal, pada jalan yang terobek oleh ledakan. Alat-alat bangunan dan sepatu tersebar di seluruh tempat kejadian.
Polisi mengatakan mereka menemukan dan menjinakkan dua bom lainnya.
Irak masih diganggu oleh pemberontakan sektarian mematikan hampir sembilan tahun setelah invasi tentara asing yang dipimpin AS menggulingkan Presiden Saddam Hussein.
Kota Sadr adalah kubu radikal Syiah Moqtada al-Sadr, yang milisi Mehdi-nya pernah bertempur melawan tentara AS dan Irak. Dia sekarang menjadi sekutu utama Perdana Menteri Maliki.
Perdana Menteri marah kepada para pesaingnya kemudian dia meminta parlemen untuk mengganti wakil Sunni Saleh al-Mutlaq dan mengupayakan surat perintah penangkapan untuk Wakil Presiden Irak Sunni Tareq al-Hashemi atas tuduhan dia memerintahkan regu-regu berani mati.
Pada Selasa, kelompok Iraqiya yang didukung Sunni memboikot sidang parlemen dan kabinet, menuduh blok Maliki menjalankan pemerintahan sendiri dalam koalisi pembagian kekuasaan yang seharusnya bisa meredakan ketegangan sektarian.
Satu rentetan pemboman yang menewaskan 72 orang terutama di daerah Syiah Baghdad beberapa hari setelah krisis politik mulai menimbulkan kekhawatiran atas kembalinya pertikaian sektarian di Irak, yang masih terhuyung di ambang perang sipil pada 2006-2007.
Dimasukkannya Iraqiya dalam koalisi pemerintahan secara luas dianggap penting untuk mencegah kembali ke kekerasan sektarian yang tak terkendali setelah invasi pimpinan AS tahun 2003. Ribuan orang terbunuh dalam aksi-aksi kekerasan.
Banyak warga Sunni mengeluh telah dikesampingkan dalam proses politik sejak Saddam digulingkan dan mayoritas Syiah mendominasi pemerintahan, demikian Reuters melaporkan.
(SYS/H-AK/M016)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2012