Satya, dalam keterangannya di Jakarta, Kamis, mengatakan pihaknya mengapresiasi kegiatan forum diskusi nasional yang diselenggarakan secara hybrid oleh Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia dengan tema "Transition to Cleaner Energy for Mobility Towards Net Zero Emission".
Saat menjadi pembicara mewakili DEN dalam forum tersebut, Satya yang juga menjabat Ketua Komite Tetap Kebijakan dan Regulasi Kadin Indonesia Bidang ESDM itu menyampaikan bahwa sektor energi merupakan penyumbang emisi terbesar di Indonesia, jika tidak mempertimbangkan kehutanan dan perubahan lahan.
Dengan sumber emisi yang dominan adalah sektor pembangkit listrik sebesar 35 persen, transportasi 27 persen, dan industri 27 persen.
Satya, yang pernah menjabat Wakil Ketua Komisi VII DPR RI ini juga menyampaikan sejumlah prioritas untuk mempercepat transisi energi adalah dekarbonisasi energi, sinergi lintas pemangku kepentingan, inovasi teknologi, dan fokus melakukan peralihan bahan bakar dari migas ke listrik, utamanya kendaraan dan kompor listrik.
Selanjutnya, menyusun strategi dekarbonisasi sektor yang susah dimitigasi, misalnya industri yang prosesnya masih bergantung pada batu bara atau gas, melakukan investasi infrastruktur yang memudahkan proses transisi energi, dan menyiapkan soft infrastructure untuk mendukung pendanaan transisi energi, seperti skema perdagangan karbon dan skema financing.
Strategi dekarbonisasi sektor energinya adalah meningkatkan implementasi program yang komprehensif dan efektif sesuai target Paris Agreement, mempercepat teknologi inovatif, memobilisasi pembiayaan yang cukup untuk melaksanakan program-program pemerintah, serta menerapkan kebijakan seperti UU EBT, Perpres tentang Harga Pembelian Tenaga Listrik dari Pembangkit Berbasis EBT oleh PT PLN, UU 7/2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan termasuk pajak karbon, dan Perpres 98/2021 tentang Nilai Ekonomi Karbon.
Kemudian, melaksanakan rencana aksi mitigasi di sektor energi dengan target pengurangan emisi gas rumah kaca sebesar 314,03 juta ton CO2 pada 2030, yang 29 persennya dengan usaha sendiri, melalui penggunaan energi terbarukan (170,4 juta ton CO2), konservasi energi (96,3 juta ton CO2), pembangkit energi bersih (31,8 juta ton CO2), peralihan bahan bakar (10,02 juta ton CO2), dan reklamasi pascatambang (5,46 juta ton dari CO2), serta meningkatkan target penurunan emisi gas rumah kaca.
"Tindakan mitigasi potensial lainnya adalah pengurangan industri gas, zero flaring and venting, implementasi CCS dan CCUS, serta peningkatan kendaraan listrik," ujar lulusan Cranfield University ini.
Satya juga menjelaskan faktor-faktor keberhasilan pengembangan ekosistem industri baterai antara lain perlu segera dilakukan optimalisasi keterpaduan pemanfaatan sumber daya dan cadangan mineral yakni litium, nikel, kobalt, mangan, dan aluminium, serta logam tanah jarang seperti monasit dan grafit, termasuk peningkatan nilai tambah dan sisanya diolah secara berkelanjutan untuk mendukung industri baterai dalam negeri.
Penguasaan teknologi misalnya Contemporary Amperex Technology Ltd dan Build Your Dreams Co Ltd, dalam rantai nilai industri baterai dari pemrosesan nikel, bahan prekursor dan katoda, hingga sel baterai, kemasan, sistem penyimpanan energi, dan daur ulang untuk inovasi pasar domestik dan Asia Tenggara.
Untuk itu, upaya yang perlu dilakukan antara lain segera menentukan jenis baterai yang akan dikembangkan yang menyangkut kriteria pemilihan seperti densitas energi, biaya produksi, potensi kapasitas sumber daya, dan aspek keselamatan; penguatan aspek penelitian dan pengembangan seperti teknologi transfer dan alokasi dana penelitian yang cukup besar; dan dukungan pemerintah untuk menciptakan captive market seperti pembatasan produsen baterai luar negeri dan insentif untuk industri manufaktur kendaraan listrik yang menggunakan baterai dalam negeri.
Satya juga menegaskan komitmen Kadin sebagai Net Zero Organization 2060 dengan telah diluncurkannya Kadin Net Zero Hub.
"Kadin Net Zero Hub menjadi nukleus gerakan net zero bagi sektor usaha di Indonesia. Adapun langkah-langkah Kadin Net Zero Hub ini adalah komitmen, prapenilaian, kelompok kerja, pelatihan dengan pendekatan SBTi (science based targets initiative), dan persiapan peta jalan net zero emission," ujarnya.
Pewarta: Kelik Dewanto
Editor: Slamet Hadi Purnomo
Copyright © ANTARA 2022