Sektor UMKM masih membutuhkan bantuan dan dorongan baik dari pemerintah maupun sektor usaha besar untuk melakukan penjajakan ekspor
Jakarta (ANTARA) - Neraca ekspor RI kembali meningkat usai tertekan pandemi COVID-19 sejak 2020. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor pada April 2022 mencapai 27,32 miliar dollar AS atau meningkat sebesar 47,76 persen secara tahunan (yoy).
Dari jumlah tersebut, kontribusi ekspor melalui UMKM dinilai masih relatif rendah. Data Kementerian Koperasi dan UKM menyebutkan, sebanyak 65 juta UMKM hanya menyumbang 15 persen dari total nilai ekspor nasional.
Kurangnya pengetahuan dan pemanfaatan teknologi terkait ekspor menjadi kendala rendahnya kontribusi UMKM terhadap ekspor nasional tersebut.
Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda menyampaikan bahwa platform digital bisa menjadi katalisator yang baik bagi kinerja ekspor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).
"Hal itu, karena terdapat fasilitas pada platform digital yang bisa dimanfaatkan oleh pelaku UMKM," kata Nailul ketika dihubungi ANTARA di Jakarta, Kamis.
Namun, lanjutnya, perlu dukungan lebih dari platform digital tersebut untuk melakukan pendampingan bagi pelaku UMKM, meskipun skala ekspornya masih terbilang kecil.
"Tapi, saya rasa patut diusahakan ekspor UMKM melalui platform e-commerce," ujar Nailul. Menurutnya, potensi pasar ekspor UMKM sangat besar jika dilihat dari potensi produksi domestik yang cukup besar.
Namun, kondisi persaingan antara produk UMKM domestik dan produk global masih sangat timpang. "Produk UMKM kita kalah bersaing dengan produk global di beberapa sektor, meskipun ada pula yang bisa unggul seperti di kerajinan tangan, makanan dan minuman, dan sebagainya," ujar Nailul.
Ia menyebutkan kontribusi ekspor UMKM yang baru mencapai 15 persen dari total ekspor nasional, masih dapat ditingkatkan.
Tantangan utamanya, lanjutnya, terdapat pada skala produksi, sisi harga, dan kualitas produk. "Tapi, memang tantangan terbesar di sisi skala produksi dan harga. Banyak pesanan, tapi dari sisi produksinya tidak dapat memenuhi dan relatif lebih mahal jadinya," ujar Nailul.
Untuk itu, menurut dia, sektor UMKM masih membutuhkan bantuan dan dorongan baik dari pemerintah maupun sektor usaha besar untuk melakukan penjajakan ekspor.
Salah satu contohnya yakni dengan mengadakan pelatihan penambahan kapasitas produksi dan kualitas produksi.
Kemudian, dari sisi akses pasar dengan lebih banyak penawaran produk UMKM di level pameran Indonesia di luar negeri hingga menjadikan perwakilan Indonesia di luar negeri sebagai pion ekspor produk UMKM.
Selain itu, tambahnya, dari sisi pembiayaan juga dapat dilakukan peningkatan guna meningkatkan kapasitas produksi, mengingat pembiayaan UMKM masih sangat terbatas, sehingga produksinya belum dapat bersaing.
"Maka, perlu model pembiayaan alternatif bagi UMKM yang bisa dihasilkan oleh lembaga jasa keuangan nonbank. Kalau dari bank saya rasa sulit untuk memberikan model pembiayaan alternatif karena rigiditas dari sektor perbankan. Tapi, dari lembaga jasa keuangan nonbank saya rasa masih terbuka," ungkap Nailul.
Go internasional bersama platform digital
Salah satu UMKM yang baru-baru ini viral di media sosial dan berhasil mengekspor produknya dengan memanfaatkan platform digital adalah Dinova Store, yang merupakan UMKM asal Dusun Panggungploso, Desa Sumberagung, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, yang memproduksi aksesori wanita.
Berawal dari keisengannya membuat aksesori wanita pada 2016, pemilik Dinova Store, Sri Wigatiningsih mulai menjajakannya melalui platform e-commerce Shopee pada 2017.
Rupanya, pasar menyambut baik produk yang dihasilkan Sri, hingga pada 2019, ia menambah variasi produknya untuk dijual di toko online tersebut.
Kemudian, ia mengikuti Program Ekspor Shopee dan mendapatkan pelatihan di Kampus UMKM Shopee Ekspor serta mulai menerapkan hal-hal yang disarankan oleh mentor agar produk Dinova bisa diekspor ke mancanegara.
"Intinya, kita ikuti saran yang diberikan saat diberi pelatihan dan pembinaan, kemudian kita lakukan," kata Sri saat dihubungi.
Dengan mengikuti program ekspor, Sri mengaku toko Dinova Store di Shopee menjadi semakin berkembang dengan penjualan yang meningkat.
Selain itu, Dinova Store berhasil mengekspor produknya ke beberapa negara, yakni Malaysia, Vietnam, Singapura dan Filipina, dengan permintaan paling banyak datang dari Negeri Jiran Malaysia.
Menurut Sri, dengan mengikuti pelatihan dan saran dari tim Shopee Ekspor, ia tak menemui kendala apapun dalam mengekspor produknya, karena pengaturan ekspornya sudah diatur dan difasilitasi oleh Shopee.
Meskipun masih terbilang kecil, Dinova telah berhasil mengekspor lima persen dari total produksinya keempat negara tersebut.
Sri berharap Dinova dapat semakin melebarkan sayap usahanya dan meraih lebih banyak pasar internasional sebagai tujuan ekspor baru.
Bahkan, Sri sangat merekomendasikan para penggiat UMKM mengikuti Program Shopee Ekspor dan mendapatkan pelatihan Kampus UMKM Shopee Ekspor, sebagai langkah awal untuk mengembangkan bisnisnya ke kancah dunia.
Data yang dirilis Shopee menunjukkan bahwa Kampus UMKM Shopee Ekspor, khusus di Kota Solo, Jawa Tengah, terdapat 10.000 penjual dari Solo yang bergabung melalui program Ekspor Shopee per akhir Desember 2021, meningkat sebesar 186 persen dibandingkan Januari-Mei 2021.
Tidak hanya itu, jumlah produk yang terjual pada pasar ekspor Solo dari UMKM Solo meningkat 600 persen, yakni sebesar 499.000 item pada 2021 dibandingkan 2020.
Sejauh ini, negara-negara tujuan ekspor UMKM Solo di platform Shopee dengan potensi terbesar adalah Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand, Vietnam, Brazil, dan Meksiko, dengan kategori produk terfavorit meliputi pakaian pria dan wanita, pakaian muslim, aksesoris fesyen, serta tas dan dompet.
Baca juga: Airlangga: Kajian dan perbaikan kebijakan modal kuat pengembangan UMKM
Baca juga: Jadikan hobi sebagai peluang usaha
Baca juga: Kampus UMKM Shopee ke-9 hadir di Makassar
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2022