Investor yang masih ragu terhadap kemampuan negara Eropa dalam memenuhi kebutuhan pendanaan membuat mata uang euro masih melemah, kondisi itu berimbas ke nilai tukar Asia termasuk rupiah.
Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan Kamis pagi masih melanjutkan pelemahan seiring masih khawatirnya kemampuan negara Eropa dalam pendanaan.
Nilai tukar mata uang rupiah yang ditransaksi antarbank di Jakarta Kamis pagi melemah 25 poin menjadi Rp9.145 dibanding sebelumnya di posisi Rp9.120 per dolar AS.
"Investor yang masih ragu terhadap kemampuan negara Eropa dalam memenuhi kebutuhan pendanaan membuat mata uang euro masih melemah, kondisi itu berimbas ke nilai tukar Asia termasuk rupiah," kata pengamat pasar mata uang, Abidin, di Jakarta, Kamis.
Keraguan investor itu, kata dia, terlihat dari kurang maksimalnya permintaan dalam lelang obligasi Jerman pada Rabu kemarin.
"Kalangan analis menilai, lelang obligasi 10 tahun Jerman kali ini tidak terlalu mengesankan, masih menyisakan kekhawatiran penyebaran krisis utang ke perekonomian negara terkuat di Eropa itu," kata dia.
Analis mata uang lainnya, Johanes Ginting menambahkan, minat investor untuk mengoleksi surat hutang pemerintah negara Euro akan kembali diuji pada hari Kamis, di mana Perancis dijadwalkan untuk melelang sekitar tujuh hingga delapan miliar euro obligasi jangka panjangnya.
"Hasil lelang hari Rabu Jerman nampaknya telah sedikit mengecewakan pasar, sehingga memicu beberapa `risk aversion`. Fokus pasar selanjutnya tertuju ke lelang obligasi Perancis yang akan digelar Kamis," kata dia.
Ia menambahkan, pemerintah Perancis dan Jerman keduanya harus menerima, bahwa saat ini negara besar Eropa menyandang peringkat hutang tertinggi.
"Pasar telah bersiap untuk pemangkasan peringkat Perancis dan negara anggota Eropa lainnya sejak peringatan dari S&P awal Desember lalu terkait kecemasan krisis hutang kawasan yang sudah berumur dua tahun," kata dia.
Ia menambahkan, jika S&P dalam beberapa pekan ke depan memangkas peringkat negara kawasan Eropa, kalangan ekonom menilai akan terjadi kekacauan keuangan dan politik, seperti yang terjadi di AS ketika agensi pemeringkat secara kontroversial memangkas peringkat hutangnya pada bulan Agustus lalu.
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2012