Jakarta (ANTARA) - Kepala Bagian Pemberitaan dan Hubungan Antarlembaga Sekretariat Jenderal (Setjen) MPR RI Budi Muliawan menilai perlu ada langkah adaptif dalam menghadapi globalisasi dan kemajuan teknologi yang terjadi saat ini.

Perkembangan arus globalisasi dan kemajuan teknologi tidak perlu dihindari, melainkan masyarakat tidak boleh terlalu larut di dalamnya,, kata Budi dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Kamis.

"Agar bisa bertahan, maka kita harus mampu beradaptasi. Kalau dalam Ilmu Biologi, makhluk hidup yang bisa beradaptasi dengan lingkungan, dialah yang akan mampu bertahan hidup; begitu juga sebaliknya,” kata Budi Muliawan atau Wawan.

Hal itu dikatakan Wawan saat menjadi pembicara dalam dialog "Peran Mahasiswa dalam Memajukan Bangsa" dan sarasehan bertajuk "Menyapa Sahabat Kebangsaan" di Gedung Prof. Ir. Retno Sriningsih, Kampus Universitas Negeri Semarang (Unnes), Semarang, Jawa Tengah, Selasa (31/5).

Menurut Wawan, globalisasi dan kemajuan teknologi informasi menyebabkan berbagai disrupsi informasi di berbagai bidang, salah satunya di bidang pendidikan dan pengajaran.

Dengan adanya pandemi COVID-19, lanjutnya, pola pendidikan berubah menjadi sistem daring karena sekolah tatap muka sempat dihentikan, sehingga guru dan siswa dituntut untuk dapat melek teknologi informasi.

"Pola ini membuat guru harus bisa menggunakan teknologi informasi, salah satunya (aplikasi) Zoom," katanya.

Baca juga: Pancasila di tengah nasionalisme digital

Dia menjelaskan disrupsi tidak hanya terjadi dalam pola pendidikan dan pengajaran, tetapi juga dalam kehidupan masyarakat dengan perubahan gaya hidup dan etika dalam pergaulan. Hadirnya teknologi informasi memudahkan orang dalam berkomunikasi, sehingga waktu dan jarak bukan hambatan lagi, menurut dia.

"Dulu, untuk mengirim uang kiriman dari orang tua memerlukan waktu hingga tiga hari lewat Kantor Pos. Saat ini, cukup satu menit dengan menggunakan transfer antarbank," jelasnya.

Meskipun demikian, dia menilai globalisasi dan kemajuan teknologi dapat membawa dampak mengkhawatirkan, seperti membuat orang menjadi lebih suka menyendiri dengan gawai elektronik daripada bersosialisasi langsung.

Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk tetap memegang nilai-nilai etika dan norma dalam menghadapi tantangan zaman di tengah perkembangan teknologi digital.

"Kita harus tetap memegang nilai dan norma yang ada dalam Pancasila. Nilai-nilai ini harus dijaga dalam menjalankan kehidupan sehari-hari karena akan membawa kita dalam suasana yang saling menghormati dan menghargai di tengah kemajuan zaman," katanya.

Baca juga: Hasto dorong perguruan tinggi olah SDM Indonesia jadi pemimpin dunia

Bangsa Indonesia harus memegang erat nilai-nilai luhur bangsa dari Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara RI Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika, yang merupakan pedoman hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

"Berkat Pancasila, bangsa Indonesia tetap utuh bersatu, tak terpecah belah," menurutnya.

Dia juga menyampaikan peran strategis generasi muda, khususnya kaum mahasiswa, dalam menghadapi perubahan zaman. Generasi muda bangsa Indonesia harus mampu meningkatkan kemampuan, menjadi adaptif dengan alih teknologi, serta tidak berhenti dalam berinovasi.

"Juga tetap berpegang teguh pada nilai-nilai luhur kehidupan berbangsa dan bernegara. Hanya dengan cara itulah, generasi muda, mahasiswa, bisa terus berkontribusi dalam membangun bangsa dan negara," ujarnya.

Turut hadir dalam acara tersebut ialah Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Administrasi Setjen MPR Siti Fauziah, Kepala Biro Akademik, Kemahasiswaan, dan Kerja Sama Unnes Mulyo Widodo, Kepala UPT Pusat Humas Unnes Muhammad Burhanudin, serta ratusan mahasiswa Unnes dari berbagai jurusan.

Baca juga: Kepala BNPT ajak sebarkan pesan perdamaian di Harlah Pancasila

Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: Fransiska Ninditya
Copyright © ANTARA 2022