New York (ANTARA News) - Seorang pria dari kota New York, Rabu WIB, mengaku bertanggunjawab atas rangkaian serangan bom Molotov yang menimpa sebuah masjid dan satu tempat ibadah Hindu yang membuat para pemimpin sipil AS resah karena prihatin aksi itu menyebarkan kekerasan akibat kefanatikan dalam beragama.
Polisi meringkus pria itu Selasa waktu AS dengan menyebutnya sebagai "orang yang patut diperhatikan" dalam kasus serangan Minggu malam lalu, dan dia ternyata mengaku setelah diinterogasi polisi, kata kepolisian kota New York.
"Orang itu mengaitkan dirinya sendiri dengan masing-masing dari lima kasus pemboman itu, sembari mengutarakan keluhan pribadi di setiap lokasi (pemboman)," kata juru bicara polisi Paul Browne.
Serangan pembakaran itu tengah diselidiki sebagai kemungkinan aksi kriminal bermotif kebencian. Serangan ini sendiri memicu kutukan dari para pemimpin agama dan sipil dari berbagai latar belakang yang bersama Walikota New York Michael Bloomberg dan Komisaris Polisi Ray Kelly langsung menggelar jumpa pers sebelum pengakuan dari sang pria muncul.
"Pemicuan ketakutan pada Islam dan minoritas Amerika lainnya telah mencabik-cabik negeri ini...Kita semua terkena dampaknya jika kebencian ini meledak," kata Cyrus McGoldrick dari Council on American-Islamic Relations cabang New York, yang adalah organisasi pembela hak-hak sipil warga muslim Amerika.
Polisi menolak menjelaskan identitas sang tersangka yang dijemput berdasarkan laporan kesaksian mata dan rekaman video yang ditempatkan dalam kendaraannya di tempat kejadian perkara pada setidaknya dua dari empat TKP terkena serangan bom, kata polisi.
Salah satu aksi pemboman ini menghajar pintu masuk masjid dari Imam al-Khoei Foundation, sebuah organisasi Syiah di kota New York di kawasan Queens di mana sekitar 75 sampai 80 orang ada di dalamnya.
Bom lainnya menimpa sebuah rumah di mana acara peribadatan Hindu diselenggarakan. Sebuah toko dan dua rumah warga juga ikut rusak, salah satunya hangus terbakar. Tapi tidak ada korban jiwa dalam aksi ini.
Dua bom Molotov yang menerjang mesjid itu telah memecahkan kaca-kacanya dan mengeluarkan asap tebal.
"Ketika orang menikmati Hari Tahun Baru, penjahat itu masuk dan hendak membuat kehidupan kami jadi sengsara," kata Muhsin Alidina, koordinator program pada Pusat Islam yang saat serangan berada di dalam masjid. "Alhamdulilah saat itu tengah hujan, sehingga kekuatan bakar bom berkurang," kata Alidina.
Ketidaksukaan si tersangka terhadap toko swalayan yang dibom, bermula dari kejadian pada 27 Desember lalu saat seorang pelayan melawan seseorang yang berusaha mencuri frappuccino Starbucks, kata polisi.
"Ketika mereka mengusir pria itu keluar toko, dia mengeluarkan kata-kata 'Kami akan membalas kalian," kata Kelly seperti Reuters.
Botol-botol frappuccino Starbucks digunakan dalam setidaknya empat dari lima serangan bom Molotov, kata polisi.
Sebelum pengakuan dari sang pria itu muncul, Kelly berjanji melakukan penyelidikan yang agresif. "Saya bisa katakan pada Anda bahwa kami akan mengungkap semuanya. Kami akan menggunakan semua sumber daya kami untuk memastikan bahwa siapapun yang melakukan aksi-aksi seperti ini akan diringkus dan diadili."
Penerjemah: Jafar M Sidik
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2012