Jakarta (ANTARA News) - Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menilai runtuhnya atap KA 907 jurusan Rangkasbitung-Jakarta menjelang Stasiun Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, adalah akibat buruknya perawatan (maintenance) kereta api oleh PT Kereta Api Indonesia (KAI).
"Peristiwa rubuhnya atap KA tidak lepas dari buruknya sistem perawatan di kereta api," kata Anggota Harian YLKI yang membidangi perkeretaapian di Indonesia, Sudaryatmo, di Jakarta, Jumat.
Ia mengatakan, dari sisi organisasi angkutan yang baik, di PT KAI harus ada sistem perawatan yang dianggarkan secara khusus dan terlepas dari organisasi PT KAI sehingga bisa lebih optimal.
"Kalau ada yang rusak diperbaiki atau memprediksi kemungkinan lainnya. Ini memang bisa menjadi boros, namun dengan sistem perawatan yang ada saat ini masih potensial menempatkan konsumen sebagai korban," katanya.
Ia mengatakan, kondisi fisik kereta api, khususnya yang melayani trayek antarkota di Jakarta dan sekitarnya, memang membutuhkan perawatan yang sangat intensif. Hal itu karena mobilitas dan daya angkutnya yang sangat tinggi bahkan melebihi kapasitas maksimalnya.
"Sarana gerbong yang ada semuanya harus `diaudit` total, baik itu kelaikannya dan juga dari segi perspektif pengguna, disesuaikan kelaikannya," katanya.
Ia mengemukakan selama ini memang ada sistemik bermasalah dalam perawatan kereta api, yakni karena yang melakukan `audit` kelayakan dan yang mengoperasikan adalah lembaga yang sama yakni PT KAI.
"Seharusnya ada lembaga terpisah," katanya.
Dalam kasus ambruknya atap KA di Kebayoran itu, menurut Sudaryatmo, tidak bisa disalahkan sepenuhnya kepada konsumen. YLKI memandang PT KAI tetap harus bertanggung jawab dan melakukan pengujian dan perawatan terhadap kondisi gerbong-gerbong kereta api lainnya yang mobilitas dan konsumennya cukup tinggi.
"Kejadian ini akan terus berulang sepanjang tidak ada sistem perawatan yang lebih baik dilakukan PT KAI," katanya.
Ia mengatakan, seharusnya PT KAI tidak memandang program perawatan sebagai sebuah biaya beban, melainkan menganggap biaya investasi.
Lebih lanjut Sudaryatmo mengatakan, saat ini PT KAI menganggap membludaknya penumpang hingga ke atap kereta api itu sebagai problem teknis. Padahal menurut pandangan YLKI, hal itu merupakan problem perilaku dan budaya.
"Mestinya melakukan program edukasi publik sehingga dalam jangka panjang bisa adanya perubahan budaya bertransportasi kereta api yang lebih baik," katanya.
Peristiwa runtuhnya atap kereta api penumpang nonor KA 907 jurusan Rangkasbitung, Banten, menuju Jakarta berlangsung saat memasuki Stasiun Kebayoran Lama pada Jumat, pukul 07.33 WIB, sehingga mengakibatkan puluhan penumpangnya terluka.
Menurut Kepala Humas Daops I PT Kereta Api (KA) Wilayah Jakarta, Achmad Sujadi, peristiwa tersebut terjadi karena atap di gerbong belakang dari empat gerbong di KA 907 itu tidak mampu menahan beban puluhan penumpang yang naik ke atap kereta.
Setiap harinya ratusan penumpang duduk di atas atap kereta api, sehingga akhirnya tidak mampu menahan lagi beban tersebut (*)
Copyright © ANTARA 2006