Surabaya (ANTARA News) - Mantan menteri perindustrian Fahmi Idris yang juga Pembina LP3I menilai sistem pendidikan di Indonesia belum mencetak anak-anak yang kreatif, melainkan hanya mencetak anak-anak yang pintar.
"Itu karena sistem pendidikan kita terlalu banyak memiliki mata pelajaran sehingga mengesampingkan kreatifitas dan mendidik anak hanya mahir menghafal dan menghafal," katanya di Surabaya, Rabu.
Ia mengemukakan hal itu disela wisuda ke-12 untuk 210 lulusan Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Profesi Indonesia (LP3I) kampus Surabaya yang juga dihadiri Duta LP3I Hj Marissa Haque dan suaminya Ikang Fawzi.
Menurut politisi Golkar itu, sistem pendidikan di Indonesia seperti itu sebenarnya tidak salah, tapi perlu diperbaiki untuk menyesuaikan dengan kebutuhan sekarang yakni anak-anak yang kreatif dan inovatif, bukan mahir menghafal pelajaran.
"Banyak orang tua dan perusahaan selaku pengguna yang mengeluhkan sistem pendidikan yang cenderung mencetak anak yang mahir menghafal tapi tidak kreatif, padahal dunia sekarang lebih membutuhkan anak yang kreatif dan inovatif," katanya.
Di negara lain seperti Singapura, siswa SD hingga SMA tidak diberi mata pelajaran terlalu banyak, tapi anak didik diberi kesempatan berkreasi sehingga mereka didorong menjadi anak-anak yang kreatif dan inovatif.
"Di Indonesia memang sudah ada beberapa mata pelajaran yang mengarah ke sana, seperti merakit robot, tapi saya kira ketrampilan yang mengundang daya kreasi itu harus lebih diperbanyak dan buka materi menghafal yang ditambah," katanya.
Didampingi "Branch Manager LP3I Business College Surabaya` Kunto Wihadi, ia mencontohkan LP3I yang memiliki 48 cabang se-Indonesia sebaga lembaga pendidikan yang berusaha mencetak anak didik yang terampil, sehingga perusahaan selaku pengguna tidak perlu melatih lagi.
"Pengguna pendidikan kita membutuhkan anak didik yang menjadi entrepreneurship dan tenaga terampil, maka LP3I mengambil peran dengan mendidik tenaga terampil itu, tapi LP3I juga mencetak anak-anak kreatif yang menjadi entrepreneur," katanya.
Di hadapan ratusan wisudawan dan orang tuanya, Fahmi Idris yang juga anggota dewan Penasehat DPP Partai Golkar itu menyampaikan pentingnya "trust" (kepercayaan) dalam dunia bisnis dan industri.
"Kalau kita dipercaya, maka peluang akan datang menghampiri kita. Ada lima cara untuk mendapatkan `trust` yakni skill (keahlian tertentu), komitmen (tepat janji), mampu berkomunikasi, perilaku baik, dan mau belajar," katanya.
Senada dengan itu, Duta LP3I Hj Marissa Haque menyatakan pintar saja memang tidak cukup dalam dunia praktis, melainkan butuh integritas. "Ciri manusia Indonesia itu banyak mengeluh, nah dunia praktis justru membutuhkan manusia yang tahan banting. Pintar tapi mondok di Pesantren KPK buat apa?," katanya.
Dalam kesempatan itu, aktor Ikang Fawzi sempat menghibur wisudawan dengan lagu "Preman" dan "Kebyar-Kebyar". "Hiburan itu penting, karena inti persaingan itu merebut hati konsumen, sehingga ada edu-tainment, bahkan properti juga ada property-tainment," katanya.
Selain itu, wisuda juga ditandai dengan penyerahan penghargaan kepada alumni yang menjadi "entrepreneur" seperti Andiran Wicaksono yang sukses mengembangkan "outbound training" serta sejumlah dunia industri yang menjalin kerja sama dengan LP3I Surabaya.
(ANTARA)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2012