Jakarta (ANTARA) - Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny G.Plate menjelaskan bahwa pembangunan-pembangunan infrastruktur di Indonesia telah penyokong percepatan dan pemanfaatan transformasi digital secara nasional.
Sejak 2021, Indonesia memasuki periode percepatan transformasi digital yang artinya adaptasi teknologi dalam kehidupan sehari- hari akan menjadi kebiasaan baru bagi seluruh masyarakat Indonesia.
“Saat ini Indonesia itu menjadi negara pemanfaatan satelit terbesar di Asia paling besar dengan kapasitas terbesar satelit yang digunakan,” kata Johnny dalam acara "Asia Tech x Summit Singapore 2022: Technology, Society and The Role of Policy" yang berlangsung di Millenia, Singapura, melalui siaran pers pada Rabu.
Dalam kesempatan itu, Johnny menunjukkan upaya Pemerintah Pusat memberikan pemerataan infrastruktur mengejar target transformasi digital di Tanah Air.
Ia memetakan infrastruktur yang disiapkan mulai dari di darat, laut, hingga udara untuk menunjukkan kesiapan Indonesia mengadopsi digitalisasi secara masif.
“Banyak yang sudah dilakukan di Indonesia mulai dari pembangunan jaringan tulang punggung yang di darat dan di dasar laut, pembangunan middle mile berupa microwave link dan fiber link. Termasuk dua satelit terbesar yaitu satelit berkapasitas sebesar 300 GBps dan dan pembangunan Base Tranceiver Station yang merata di seluruh wilayah tanah air termasuk di wilayah 3T,” katanya.
Upaya itu pun masih terus berlanjut, Kementerian Kominfo menggelar pembangunan infrastruktur digital dalam tiga lapisan di seluruh nusantara.
Pada lapisan backbone atau jaringan tulang punggung, Indonesia memiliki jaringan serat optik dengan total panjang 459.111 kilometer, termasuk 12.399 kilometer serat optik yang dibangun oleh pemerintah.
“Kami juga sedang mempersiapkan penggelaran tambahan 12.083 kilometer serat optik pada tahun 2024 untuk meningkatkan ketahanan dan mengintegrasikan jaringan nasional yang tidak terhubung serta jaringan internasional,” katanya.
Di middle-mile, terdapat sembilan satelit, microwave link, dan jaringan fiber-link yang saat ini digunakan untuk mendukung kebutuhan telekomunikasi dan digital.
Lapisan ini juga akan didukung oleh Satelit High Throughput 2 x 150 Gbps yaitu SATRIA-I dan Hot Backup Satellite (HBS) dengan kapasitas gabungan 300 Gbps.
“Pembangunan itu untuk menyediakan akses internet bagi 150.000 fasilitas umum yang terdiri dari 93.000 sekolah, 47.900 gedung pemerintahan, 3.370 fasilitas kesehatan umum dan 3.900 fasilitas keamanan publik,” ujar Johnny.
Lalu pada lapisan terakhir yaitu dalam last-mile, dari total 83.218 wilayah pedesaan di Indonesia, Kementerian Kominfo mempersempit kesenjangan digital dengan membangun jaringan 4G Base Transceiver Stations (BTS) di 70.670 wilayah pedesaan.
Pada akhir 2022 diharapkan sisa BTS 4G di 12.548 pedesaan dengan cakupan 65 persen wilayah di kawasan timur Indonesia bisa terselesaikan dengan baik disusul dengan penambahan 500 ribu BTS baru untuk menguatkan layanan telekomunikasi nasional.
Menurut Johnny infrastruktur digital merupakan landasan untuk memberikan akses konektivitas yang lebih luas.
Maka dari itu pembangunan yang berkelanjutan terus dijalani sehingga masyarakat bisa memanfaatkannya untuk memenuhi kebutuhan sehari- hari termasuk hal krusial seperti menyokong kegiatan pereekonomian nasional secara digital.
Baca juga: Menkominfo ungkap langkah cegah kebocoran data
Baca juga: Kominfo : Regulasi keamanan siber dorong UMKM manfaatkan ruang digital
Baca juga: Indonesia bahas keamanan siber di WEF
Pewarta: Livia Kristianti
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2022