Jakarta (ANTARA) - Kurangnya sumber daya manusia (SDM) menjadi tantangan dalam transformasi digital di Indonesia.
Dikutip dari siaran pers Refocus pada Rabu, ada kesenjangan antara jumlah lowongan yang terbuka dan jumlah lulusan. Setidaknya ada 600.000 lowongan tenaga kerja setiap tahun, sedangkan jumlah lulusan universitas hanya 50.000 per tahun.
"Jadi, untuk setiap CV ada 12 lowongan yang dibuka sehingga menghasilkan perbedaan yang drastis," kata Roman Kumay Vyas, CEO & Founder Refocus Education Project.
Bukan hanya kurang dari sisi kuantitas, namun kurangnya pelamar kerja yang berkualitas juga dianggap menghambat pertumbuhan perusahaan di Indonesia.
Sementara itu institusi pendidikan lokal dinilai tidak dapat mengatasi permintaan yang tinggi dari perusahaan sehingga, pengusaha Indonesia pun harus mempekerjakan orang dari negara lain yang memenuhi syarat untuk pekerjaan tersebut.
Pakar Pemasaran dan pemerhati industri rintisan Ignatius Untung mengatakan guna mencapai transformasi digital perusahaan akan membutuhkan seorang profesional yang mahir di dunia teknologi dan digital.
"Perusahaan akan mencari kandidat dengan keahlian di bidang teknologi, digital, dan e-commerce. Tenaga kerja dengan keterampilan membuat kecerdasan buatan (AI), otomatisasi, pengalaman menangani pelanggan dan pengembangan produk akan sangat dibutuhkan ke depannya," katanya.
Imeiniar Chandra, Director of Digital & Technology dari Michael Page, menambahkan di sisi lain, dalam mencari pekerjaan, karyawan semakin tegas menentukan pilihan mereka.
Perusahaan tidak bisa lagi menarik dan mempertahankan talenta tanpa menerapkan faktor-faktor pendukung lain. Talenta-talenta semakin mementingkan budaya perusahaan, tujuan perusahaan dan kepemimpinan dibandingkan merek perusahaan dan promosi.
Platform pendidikan online Refocus mengklaim mencetak satu juta tenaga kerja di bidang Informasi dan Teknologi (IT) melalui kursus online dan dukungan karir bagi masyarakat di Asia Tenggara untuk memulai karir IT-nya.
Roman Kumar Vyas mengatakan perkembangan teknologi digital, otomatisasi dapat menggantikan 23 juta pekerjaan di Indonesia pada tahun 2030.
“Jika penduduk Indonesia diberi kesempatan mengenyam pendidikan berkualitas, akan ada 23 juta hingga 46 juta pekerjaan baru dapat tercipta,” kata Roman.
Tim founder Refocus terdiri dari empat lulusan yang sukses dan tim jarak jauh internasional yang terdiri dari 50 spesialis.
“Pelanggan kami meningkatkan pendapatan bulanan rata-rata dari Rp4 juta menjadi Rp14 juta per bulan setelah selesai kursus di Refocus dan melalui dukungan karir,” ungkap Roman.
Baca juga: Transformasi digital Indonesia tarik minat industri global
Baca juga: Menkominfo bertemu pendiri WEF bahas peran Indonesia dalam isu global
Baca juga: Airlangga: ASEAN alami percepatan transformasi digital yang signifikan
Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2022