Padang (ANTARA News) - Raymond Latukonsina kini sudah berusia 68 tahun. Dia warga negara Belanda, tapi dia rindukan Padang, tempat di mana dia dilahirkan.
Sejak 24 Desember 2011 lalu dia berada di Padang untuk menelusuri tanah kelahirannya di kawasan Pabrik Semen Padang, Indarung, Kecamatan Lubuk Kilangan.
"Tujuan kedatangan ke Padang untuk mencari tahu di mana bapak saya dimakamkan," kata Raymond di Padang, Selasa.
Dia mengaku lahir di Indarung pada 29 Agustus 1943 dari seorang ayah bernama Jeremias Latukonsina yang adalah karyawan PT Semen Padang.
Raymond berhasil menemukan dan mengunjungi makam ayahnya di kuburan dagang, Kampung Jawa, Batu Gadang, Lubukkilangan, Padang, berkat bantuan seorang karyawan Semen Padang yang juga keturunan Belanda.
Begitu sampai di makam ayahnya itu, Raymond sontak meneteskan air mata. Dia terharu dapat melihat dan mengunjungi makam bapak kandungnya itu.
Dia bercerita, setelah ayah meninggal pada 1943 dia dibawa ibunya ke Jakarta. Sang ibu bernama Eleonora Beljabicincia kemudian menikah lagi dengan seorang pria Belanda, Van Rhoon Vicktor Frederik.
Pada 26 Agustus 1948, Raymond ditetapkan sebagai anak adopsi oleh Bagian Pendaftaran Warga Jakarta.
Kakek Raymond dari pihak ibu, Pedro, dulu juga bekerja di PT Semen Padang, sementara kakek dari pihak bapak, Philip Latukonsina, adalah tentara KNIL.
Raymond kini ingin mengurus akte kelahirannya di Padang. "Akte kelahiran itu sangat penting bagi saya," katanya.
Bekas fotografer dan pelatih tenis di Belanda itu kemudian difasilitasi Ketua PWI Sumbar Basril Basar untuk bertemu dengan Walikota Padang Fauzi Bahar.
Fauzi menyatakan siap membantunya mendapatkan akta kelahiran. (*)
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2012