Setelah pandemi COVID-19 ini, salah satu cara kami menggerakkan perekonomian adalah dengan kesenian secara masif di Surabaya
Surabaya (ANTARA) - Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi unjuk kebolehan seni peran sebagai raja pertama Kerajaan Majapahit Raden Wijaya dalam pentas ludruk yang disiarkan di salah satu stasiun televisi lokal di Jatim, Selasa malam ini.
"Pengalaman pertama mendebarkan, bikin ketagihan. Nanti kalau manggung lagi bakal lebih mantap," kata Wali Kota Eri saat bercerita saat pertama tampil di pertunjukan ludruk di Surabaya, Selasa.
Pada pentas tersebut, Wali Kota Eri Cahyadi tidak sendiri, melainkan bersama jajaran Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Surabaya dan grup seniman Ludruk Luntas yang juga ikut mendalami peran sebagai anggota Kerajaan Majapahit.
Baca juga: Lomba inovasi daerah peserta terbanyak di Surabaya pecahkan rekor Muri
Pada kesempatan ini, Wali Kota Eri bersama jajaran Forkopimda Surabaya dan grup ludruk Luntas menceritakan asal mula terbentuknya Kota Surabaya pada zaman Kerajaan Majapahit.
Pertunjukan itu dimulai dari penampilan Tari Remo, setelah itu Parikan sebagai penanda dibukanya pertunjukan ludruk bertema "Hoedjoeng Galoeh" Asal Muasal Nama Surabaya.
Pada awal pertunjukan, pentolan grup ludruk Luntas Robets Bayoned membuka dengan gaya bahasa khas Suroboyo-an. Tidak lama kemudian, Wali Kota yang akrab dengan sapaan Mas Eri itu tampil sebagai raja yang memimpin pasukan Majapahit untuk melawan pasukan sekaligus mengusir tentara Tartar dari Kekaisaran Mongol.
Baca juga: Ketua DPRD: Gotong royong jadi kunci "Surabaya Hebat"
Eri menyebutkan akan kembali main ludruk bersama jajaran Forkopimda Surabaya, tujuannya adalah untuk melestarikan kesenian sekaligus meningkatkan pertumbuhan ekonomi Kota Pahlawan.
"Setelah pandemi COVID-19 ini, salah satu cara kami menggerakkan perekonomian adalah dengan kesenian secara masif di Surabaya," kata dia.
Baca juga: Tim SAR evakuasi ABK 'Zidane Express' dalam kondisi selamat
Selain itu, Eri juga mendukung grup ludruk Luntas untuk melestarikan kesenian khas Surabaya. Menurut Eri, ludrukan ala Luntas berbeda karena membawakannya dengan cara kekinian sehingga cara ini dapat menarik minat anak muda Kota Surabaya menikmati kesenian tradisional.
"Saatnya Luntas membawa nama besar Surabaya, tunjukkan ke seluruh nasional bahkan hingga ke kancah internasional, Luntas ada dan yang terdepan," ujar Eri.
Baca juga: SAR Surabaya turunkan tim operasi cari kapal hilang kontak di Sapeken
Baca juga: Wali Kota Surabaya prioritaskan rusunawa untuk MBR
Pewarta: Abdul Hakim
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2022