"Momentum ini perlu dimanfaatkan untuk meningkatkan pemahaman seluruh pihak mengenai bahaya rokok bagi kesehatan, baik bagi individu, bagi masyarakat dan juga bagi lingkungan," katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Selasa.
Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto itu menjelaskan semua pihak dapat berperan penting dalam penanggulangan masalah rokok.
Baca juga: Hari tanpa tembakau momentum gencarkan sosialisasi bahaya rokok
"Peran ini dapat dimulai dengan saling mengingatkan bahaya rokok bagi kesehatan dan juga bagi lingkungan. Selain itu, momentum Hari Tanpa Tembakau Sedunia juga dapat dimanfaatkan untuk berhenti merokok bagi mereka yang selama ini menjadi perokok," katanya.
Dia menambahkan, bagi mereka yang baru memulai merokok maka momentum ini bisa dipergunakan sebagai kesempatan untuk belajar berhenti merokok.
"Tentunya perlu tekad yang sangat kuat serta keinginan untuk menghentikan kebiasaan merokok. Dengan adanya keinginan untuk berhenti maka tentu saja akan dapat tercapai kondisi berhenti merokok tersebut," katanya.
Baca juga: Festival Keren Tanpa Rokok untuk rayakan Hari Tanpa Tembakau Sedunia
Dia menambahkan berhenti merokok akan memberikan kualitas hidup yang lebih sehat bagi diri sendiri dan juga lingkungan.
"Karena merokok dalam bentuk apapun dapat mengancam kesehatan dan keselamatan diri sendiri atau orang lain," katanya.
Sementara itu, Indah juga kembali mengingatkan bahwa kebiasaan merokok dikhawatirkan dapat meningkatkan risiko terpapar COVID-19.
Mengingat pada saat ini masih dalam kondisi pandemi, kata dia, tentu hal tersebut masih perlu menjadi perhatian bersama.
Baca juga: GATS: Pengguna rokok elektrik di Indonesia naik signifikan
"Penelitian menyebutkan reseptor angiotensin converting enzyme 2 atau ACE2 sebagai tempat menempelnya COVID-19 ternyata ditemukan lebih banyak pada perokok dibandingkan dengan nonperokok," katanya.
Pewarta: Wuryanti Puspitasari
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2022