Jakarta (ANTARA) - Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) mendorong agar sekolah menyenangkan dapat menjadi kultur atau budaya baru di sekolah, sehingga dapat membuat anak menjadi pembelajar sepanjang hayat.
“Program sekolah menyenangkan dapat menjadi kultur baru di sekolah, karena bertujuan agam anak senang belajar. Dengan demikian akan tumbuh menjadi pembelajar sepanjang hayat yang merupakan karakter yang dibutuhkan pada abad 21,” ujar Pendiri GSM, Muhammad Nur Rizal dalam taklimat media di Jakarta, Selasa.
Pendekatan untuk menciptakan kultur sekolah disesuaikan dengan kondisi sekolah masing-masing. Sehingga, sekolah dan guru punya ruang untuk mengembangkan dirinya sesuai dengan pilihan yang ada.
Baca juga: Kemendikbudristek gandeng GSM lakukan perombakan kurikulum SMK
“Hal ini baik, karena tidak ada penyeragaman dalam pengembangan kualitasnya,” tambah dia.
Penyeragaman seperti pencapaian pada nilai akademik yang tinggi dapat melahirkan budaya kompetisi. Jika kondisi setiap sekolah berbeda, kompetisi seperti itu akan melahirkan ketimpangan dan kastanisasi akibat lahirnya sekolah favorit dan tidak favorit.
Pihaknya juga mendorong sekolah memanfaatkan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang dimiliki, sehingga lebih efisien dan tidak boros.
“GSM juga mendorong sekolah untuk membangun komunitas yang setara dan mandiri untuk bertransformasi bersama menuju Sekolah Menyenangkan, sehingga tidak diperlukan proses seleksi dalam rekrutmennya,” ucapnya.
Oleh karena itu, GSM menyelenggarakan rangkaian kegiatan Pekan Perubahan dari Akar Rumput (PENDAR) yang terdiri atas berbagai kegiatan seperti Ng(k)aji Pendidikan, Komunitas Berbagi secara mandiri, dan Simposium para Penyimpang Positif guru perwakilan beberapa daerah di Indonesia. Adapun tema PENDAR adalah “Bangkitnya Sekolah Menyenangkan di Indonesia”.
Baca juga: Guru perlu berinovasi untuk hadirkan sekolah yang menyenangkan
Baca juga: Kak Seto: Ciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi anak
Pewarta: Indriani
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2022