Aktivitas jual beli sudah mulai ramai sejak dini hari dan kami hanya mengandalkan penerangan manual yang kami sediakan sendiri. Jadi, proses jual beli ya dalam kondisi remang-remang.

Malang (ANTARA News) - Lokasi relokasi ribuan pedagang Pasar Dinoyo, Kota Malang, Jawa Timur, di kawasan Merjosari tanpa dilengkapi penerangan (listrik), sehingga transaksi jual beli hanya dengan mengandalkan lampu teplok.

Wartawan AntaraNews di Malang, Selasa, melaporkan, hampir seluruh blok masih belum dilengkapi dengan penerangan listrik. Meski sudah ada jaringan, pasokan daya listriknya belum merata.

Selain belum adanya penerangan, sejumlah fasilitas lainnya juga masih minim, seperti ketersediaan air bersih, toilet umum, serta akses jalan kendaraan umum juga sangat sempit, bahkan dikeluhkan oleh warga sekitar.

"Aktivitas jual beli sudah mulai ramai sejak dini hari dan kami hanya mengandalkan penerangan manual yang kami sediakan sendiri. Jadi, proses jual beli ya dalam kondisi remang-remang," kata salah seorang pedagang buah-buahan, Jumani.

Humas Paguyuban Pedagang Pasar Dinoyo Akhmad Khuzaimi mengaku, meski sudah dioperasikan, sejumlah fasilitas di pasar relokasi memang masih belum tersedia dan kondisi itu menyulitkan pedagang. Kalau untuk penerangan, katanya, dari seluruh blok yang ada di Pasar Merjosari tersebut, daya listrik yang ada baru mampu mencukupi kebutuhan sekitar 10 persen. Sementara itu, untuk pasokan air, juga baru perpenuhi sekitar 40 persen, itupun masih sering macet.

"Kondisi ini sudah kami sampaikan pada Dinas Pasar maupun investor dan mereka menyanggupi untuk segera menyelesaikan pembangunan fasilitas umum yang belum tersedia termasuk pasokan listriknya," ujarnya.

Menanggapi hal itu, Kepala Dinas Pasar Bowo Soeprastyo berjanji pihaknya akan mendesak investor untuk segera melengkapi semua fasilitas yang dikeluhkan oleh pedagang.

Sementara itu bangunan Pasar Dinoyo sudah dirobohkan dan dalam waktu dekat ini akan dimulai pembangunannya menjadi mal "Dinoyo City" yang dikerjakan oleh investor dengan nilai investasi lebih dari Rp250 miliar.

Pada awal munculnya wacana modernisasi Pasar Dinoyo menjadi mal, hampir seluruh pedagang menolak karena sesuai "site plan" yang diajukan investor, keberadaan pedagang tradisional ditempatkan di bagian belakang bangunan utama (mal).

Para pedagang yang ingin kembali berjualan di Pasar Dinoyo dengan menempati lantai dasar (khusus pedagang tradisional) harus membeli dengan cara mengangsur setiap hari. Besaran angsuran disesuaikan dengan lokasi dan luas kios yang bakal ditempati, sehingga mereka merasa dirugikan.

(E009/E011)

Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2012