Jakarta (ANTARA) - Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Wikan Sakarinto mendorong pemerintah daerah (pemda) mendukung hasil riset yang dilakukan pendidikan vokasi.
“Kami berharap pemda dapat merespons dan mendukung hasil riset vokasi seperti ship simulator yang dikembangkan oleh SMK,” ujar Wikan di Jakarta, Selasa.
Ship simulator atau simulasi kapal digital tersebut merupakan kolaborasi SMK dan juga sejumlah perguruan tinggi vokasi. Alat simulasi buatan dalam negeri itu dibanderol dengan harga paling murah Rp500 juta. Sementara untuk paket lengkap dengan badan kapal dan monitor 180 derajat dibanderol dengan harga Rp2,1 miliar.
Baca juga: Kurangi impor alat, Kemendikbudristek dorong budaya riset vokasi
“Lebih murah dibandingkan buatan India yang harganya mencapai Rp4,7 miliar. Kami berharap pemda dapat mendukung produk buatan dalam negeri ini,” kata dia.
Berdasarkan Permenhub 70 Tahun 2013, lanjut dia, setiap SMK dan perguruan tinggi kemaritiman wajib memiliki alat simulasi tersebut. Alat simulasi kemudi kapal tersebut juga dilengkapi dengan berbagai fitur di antaranya kapal pandu, kapal BMTI, kapal penumpang, sekoci, dan kapal kargo.
Sementara untuk pelabuhannya, baru terdapat lima pelabuhan yakni Tanjung Priok, Tanjung Mas, Tanjung Perak, Banda Neira, dan Benoa.
Baca juga: Kemendikbudristek dorong SMK PK lakukan inovasi
“Semuanya sesuai dengan kondisi riil yang ada di kapal dan pelabuhan. Dengan demikian, siswa dapat belajar mengemudikan kapal melalui alat simulasi ini,” kata dia.
Kepala BBPPMPV-BMTI Supriyono mengatakan pembangunan ship simulator berdasarkan peluang yang dibaca oleh pelajar vokasi, yakni kebutuhan transportasi kelautan di Indonesia sangat besar. Produk ship simulator ini telah masuk dalam e-katalog nasional.
Baca juga: Gandeng Politeknik-SMK di Madiun, PT INKA produksi kursi KA eksekutif
“Artinya, dapat dipesan instansi yang membutuhkan. Kami berharap produk ini tidak hanya memenuhi kebutuhan pendidikan tetapi juga memenuhi kebutuhan industri,” kata Supriyono.
Pewarta: Indriani
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2022