Kami belum membuat keputusan karena kami tidak punya cukup waktu untuk melihatnya (pakta)

Sydney (ANTARA) - Menteri Luar Negeri China Wang Yi pada Selasa tiba di Tonga dalam perjalanan keliling kawasan Pasifik di mana Beijing berambisi untuk membuat pakta hubungan keamanan yang lebih luas.

Upaya Beijing itu telah menimbulkan kekhawatiran di antara negara-negara sekutu Amerika Serikat.

Pada Senin (30/5), pertemuan virtual yang diselenggarakan oleh Menlu Wang di Fiji dengan rekan-rekan dari 10 negara pulau Pasifik menunda pertimbangan kesepakatan menyeluruh yang diusulkan oleh China yang mencakup kegiatan pemeliharaan hukum dan ketertiban, keamanan, perikanan, data, dan zona perdagangan bebas.

Namun, Samoa mengatakan tidak punya cukup waktu untuk mempertimbangkan proposal besar-besaran dari China untuk pakta perdagangan dan keamanan regional itu.

Baca juga: China: Strategi Indo-Pasifik sama bahayanya dengan ekspansi NATO

Samoa pun telah mendesak sesama negara pulau Pasifik untuk tetap bersatu ketika negara kekuatan besar mencari lebih banyak pengaruh di kawasan tersebut.

Perdana Menteri Samoa Fiame Naomi Mataafa termasuk di antara pemimpin negara kepulauan Pasifik yang menyerukan penundaan pembentukan pakta usulan China itu. Fiame menginginkan keputusan besar di kawasan itu dibuat melalui kelompok Forum Kepulauan Pasifik (PIF), menurut pemberitaan media Samoa pada Selasa.

"Kami belum membuat keputusan karena kami tidak punya cukup waktu untuk melihatnya (pakta)," kata Fiame seperti dikutip kantor berita Samoa, Talamua.

Pemimpin Niue pada Senin malam (30/5) juga mengeluarkan pernyataan yang mengatakan bahwa lebih banyak waktu diperlukan untuk mempertimbangkan "bagaimana pengaturan (pakta) dengan China akan mendukung rencana regional yang ada".

Sebuah rancangan komunike dan rencana aksi lima tahun telah dikirim oleh Beijing ke negara-negara Pasifik yang memiliki hubungan diplomatik dengan China beberapa minggu sebelumnya.

Namun, naskah komunike tersebut bocor di tengah kritik bahwa kesepakatan itu akan mengikat negara-negara kepulauan Pasifik secara erat dengan China dan meningkatkan ketegangan geopolitik dengan Amerika Serikat.

Meskipun populasi dan ekonomi mereka kecil, masing-masing negara Pasifik mewakili satu suara di forum internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Negara-negara itu juga mengendalikan petak luas lautan yang kaya dengan sumber daya alam dan akses ke wilayah dengan cakupan kepentingan militer strategis.

Kantor berita Talamua memberitakan bahwa Fiame mengatakan pakta keamanan baru-baru ini yang ditandatangani antara China dan Kepulauan Solomon juga harus dibahas di Forum Kepulauan Pasifik (PIF), yang juga mencakup beberapa negara anggota yang mengakui Taiwan dan bukan Beijing.

"Penting bagi kami untuk memiliki kesempatan untuk berkonsultasi dan memiliki suara gabungan mengenai posisi kawasan untuk memberikan sebuah dampak," kata Fiame seperti dikutip Talamua.

Namun, juru bicara Fiame menolak berkomentar kepada Reuters, karena Samoa sedang mengadakan perayaan 60 tahun kemerdekaan pada Selasa.

Sementara itu, Menlu China Wang Yi tiba di kerajaan Tonga pada Selasa, menurut kedutaan besar China di Tonga.

Tonga, yang dilanda letusan gunung berapi dan tsunami pada Januari 2022, berutang dua pertiga dari utang luar negerinya sebesar 195 juta dolar AS ( Rp2,8 triliun) kepada Bank Ekspor-Impor China, menurut anggaran negara itu.

Sumber: Reuters

Baca juga: Kapal perang AS dekati kepulauan yang diklaim Tiongkok
Baca juga: Negara-negara kepulauan Pasifik beralih ke AIIB, pandemi rusak ekonomi

Penerjemah: Yuni Arisandy Sinaga
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2022